Liputan6.com, Chattanooga - Muhammad Youssuf Abdulazeez, penembak tentara AS Chattanooga, berubah kepribadiannya sepulang dari Timur Tengah tahun lalu.
Salah seorang temannya, Abdulrazzak Brizada, mengatakan kepada CNN, "Ada yang aneh di dirinya. Dia tiba-tiba dekat dengan saya, padahal sebelumnya kami biasa saja. Saya yakin ada yang telah terjadi saat dia di luar negeri."
Abdulazeez diketahui pernah ke Yordania dan Kuwait pada 2014 dan 2010. Menurut Brizada, Abdulazeez memang punya senjata untuk hobi menembaknya. Teman masa kecil ini bertemu terakhir pekan lalu di Islamic Society of Greater Chattanooga. Menurut Brizada, ia tampak biasa saja.
Brizada mengaku terkejut dan selama berbincang dengan CNN, suaranya tersekat menahan tangis, apalagi saat ia mengatakan bahwa temannya adalah "orang paling asyik" dan selalu "terbuka terhadap orang lain."
"Apa pun sebabnya, itu bukan dia, ini tidak normal seperti bukan dirinya," isak pemuda ini.
Belum dikategorikan tindakan terorisme
Abdulazeez, Kamis pekan lalu, menghujani asrama militer di Chattanooga dengan tembakan dan menewaskan 4 tentara AS. Pemuda 24 tahun lulusan Universitas Tennesse ini ditembak mati polisi di jalan raya saat dikejar.
Baca Juga
Polisi menemukan sebuah senjata laras pendek dan dua senapan laras panjang. Ketiga senjata tersebut legal dan atas nama dia sendiri. Insinyur teknik ini memakai rompi berisi peluru saat menghujani tembakan.
Hingga kini, otoritas setempat masih melakukan investigasi bagaimana seorang Abdulazeez --pemuda biasa saja, lulus dengan pujian, jago bela diri, dan seorang muslim yang taat-- bisa melakukan tindakan seperti itu.
Jaksa Agung Amerika Bill Killian menginvestigasi insiden ini sebagai "tindakan terorisme lokal". Namun, ia belum mengategorikan dan menyebut Azeez sebagai teroris.
Kepala Polisi Chattanooga mengatakan sejauh ini mereka belum menemukan hubungan Azeez dengan ISIS atau jaringan internasional lainnya. Ia pun tidak berada dalam daftar apa pun yang terkait dengan terorisme.
Namanya hanya tercatat dalam polisi saat ditahan karena "menyetir di bawah pengaruh obat-obatan" pada April lalu. Patroli lalu lintas menghentikan mobilnya karena keluar masuk jalur, kecepatan rendah dan berhenti saat lampu hijau. Menurut bukti kepolisian, patroli menemukan "bau alkohol dan marijuana yang terbakar"
Abdulazeez juga terlihat mengantuk dan berbicara tidak jelas. Polisi menemukan sisa bubuk putih di bawah hidungnya. Sidang pertama dijadwalkan 30 Juli mendatang.
Candaan "Keamaan Nasional"
Abdulazeez lahir di Kuwait pada 1990, saat invasi Irak ke Kuwait, menurut Kementerian Dalam Negeri Kuwait. Namun, kementerian tersebut tidak mengetahui secara pasti bagaimana Azeez juga mendapat warga negara Jordan. Kementerian penduduk Yordania menampik bahwa ia adalah warga negaranya.
Sumber lain mengatakan Azeez terlahir dengan nama Mohammad Youssuf Saeed Hajj Ali pada 5 September 1990, namun ayahnya mengganti namanya menjadi Abdulazeez.
Pejabat Amerika sendiri mendokumentasikan bahwa Azeez adalah warganya yang mendapat naturalisasi.
Mantan pelatih bela diri pemuda ini, Scott Schraeder, mengatakan bahwa Azeez "Amerika sekali". "Saya nangis saat mendengar berita ini. Dia salah satu anak manis yang pernah saya ajar."
Di buku tahunan SMA-nya tahun 2008, Abdulazeez menulis, "Nama saya ini menyalakan alarm keamanan nasional. Bagaimana dengan nama kalian?"
Salah seorang temannya kepada CNN mengatakan bahwa Azeez hanya bergurau dan tidak pernah berpikir temannya akan menyalakan alarm. "Saat itu lucu-lucu saja, tapi sekarang sungguh ironis."
Setelah lulus dari Universitas Tennesse di Chattanooga sebagai sarjana teknik listrik pada 2012, ia bekerja di pembangkit listrik First Energy di Perry, Ohio. Namun, ia dipecat setelah 10 hari absen tanpa kabar. Menurut juru bicara First Energy,Todd Schneider, ia dikeluarkan karena tidak memenuhi standar perusahaan.
Tempat kerja terakhir adalah sebuah perusahaan listrik dan kabel SuperiorEssex Inc. Ia baru bekerja 3 bulan di perusahaan itu.
Menurut salah seorang pegawai, Abdulazeez minta izin untuk tidak masuk kerja karena sakit pada Senin dan Selasa, sementara ia mendapat jatah libur pada Rabu dan Kamis.
Advertisement
Kembali ke Timur Tengah
Orang-orang mengenal dia sebagai muslim yang biasa saja. Salah seorang mantan teman sekolahnya mengatakan ia terlahir sebagai muslim dan rajin salat. "Saya selalu tertarik dengan ceritanya ketika dulu ia bercerita tentang cara salat," kata Samantha Barnette.
Mantan pelatih Schraeder mengatakan, Azeez kadang minta izin untuk melakukan salat. "Saya tidak bisa bilang dia religius sekali, tapi kadang-kadang dia salat, kadang tidak sama sekali dalam sehari."
Abdulazeez pernah belajar gulat dengan pelatih Almir Dizdarevic. Mereka kenal di masjid yang sering mereka datangi. Hubungan keduanya cukup akrab bahkan saat Abdulazeez sudah tidak lagi menjadi muridnya.
Dizdarevic pernah mendengar bahwa mantan atletnya pindah ke Timur Tengah tahun lalu. "Dia pulang dan tinggal di luar dan saya tanya ayahnya, 'Di mana Mohammed? Saya tidak lihat dia', si ayah menjawab 'dia pulang'."
Otoritas Yordania mengatakan seorang dengan nama yang sama telah datang dan keluar ke Yordania berkali-kali tahun lalu. Dia menggunakan paspor US, bukan Yordania.
Dizdarevic tidak percaya bahwa Azeez dicuci otak oleh gerakan radikal di Chattanooga. Kalaupun ada itu berasal dari luar kota, katanya.
Para penyidik juga tidak menemukan aktifitas media sosial milik Azeez yang bagi mereka sungguh aneh untuk pemuda 20-an tidak punya satu akun pun. Mereka justru menemukan blog dengan nama "myabdulazeez". Tapi mereka belum bisa memastikan apakah blog tersebut milik si penembak ini atau bukan.
Terlebih, postingan-nya hanya dua. Keduanya di-posting tiga hari sebelum penembakan. Satu berisi perbandingan hidup di Bumi dengan menjadi tahanan. Satu judul lain adalah meminta pembaca untuk mengikuti tokoh Islam yang menurut si penulis mereka adalah orang-orang yang telah melakoni jihad.
Sejauh ini pihak-pihak baik itu Yordania, Kuwait, dan Amerika terus menyelidiki kegiatan dan siapa saja yang Azeez temui selama ia berkunjung ke dua negara tersebut. Terlebih banyak rekan, teman, dan keluarganya yang mengatakan bahwa ia berubah setelah pulang dari Jordania.
Polisi menemukan sms terakhir Azeez kepada seorang teman yang dikirim sesaat sebelum insiden terjadi. Isinya berupa "siapa pun yang menunjukkan ketidaksukaan kepada teman saya, saya akan memeranginya."
Keluarga Abdulazeez mengeluarkan pernyataan permintaan maaf dan dukacita kepada korban dan mengatakan bahwa Abdulazeez menderita depresi. (Rie/Yus)
Advertisement