Sukses

FBI Menahan Simpatisan ISIS yang Berencana Ledakkan Bom di AS

FBI kembali mendapatkan salah satu pelaku pendukung ISIS yang berencana meledakan bom di pantai Florida.

Liputan6.com, Key West - Pada April 2015, akun intel FBI mendapat permintaan teman dari seorang bernama 'Almlak Benitez'. Pria itu  menulis dalam dinding Facebooknya bahwa ia ingin merekrut 'teman' untuk kelompok teroris yang bertujuan menyerang AS.

'Teman' itu diharapkan seideologi dengan ISIS.

Agen FBI kemudian menemukan bahwa Benitez banyak mem-posting kalimat yang menjurus ke ISIS. Setelah investigasi berbulan-bulan mereka mendapatkan hasil bahwa ia sejatinya adalah pemuda 23 tahun dari Key West, Flordia. Nama aslinya, Harlem Suarez.

Suarez ditahan Senin 27 Juli 2015  karena merencanakan meledakkan bom di pantai Miami pada hari kemerdekaan AS 4 Juli.

Pada  Selasa 28 Juli 2015, Suarez dikenakan pasal 'menggunakan senjata untuk perusakan massal', yang berpotensi membuatnya dijatuhi hukuman seumur hidup, demikian kata kantor kejaksaan AS seperti dikutip dari miamiherald.

Pemuda 23 tahun yang tinggal bersama orangtuanya di Stock Island ditahan di tahanan federal dan akan dibawa ke pengadilan Senin mendatang. Pengacaranya meminta ia dikeluarkan dengan jaminan sebelum persidangan.

"Harlem berasal dari keluarga baik-baik dan pekerja keras. Mereka datang ke Florida dari Kuba tahun 2004 demi meraih kebebasan. Orang tuanya membesarkan Harlem untuk mencintai negeri ini," kata pengacara Richard Della Ferra kepada media.

"Harlem mungkin terlihat seperti pemuda badung dan bingung. Tapi ia jelas bukan teroris." tambahnya.

Sayangnya pernyataan itu tidak terbukti dalam surat dakwaan. Aparat mendapati Facebook akun Almlak Benitez dan Harlem  penuh dengan kata pro-ekstremis. Banyak kata seperti 'jihad', 'doa untuk ISIS' sering bermunculan.

Dijebak Intel FBI

Beberapa agen yang menyamar mencoba berinteraksi dengan Suarez online, dengan SMS, dengan telepon genggam bahkan bertemu langsung dengannya.

Pada bulan Mei, intel FBI dan Suarez melakukan chat lewat inboks Facebook untuk merencanakan jihad melawan AS. Dalam perbincangan itu, ia mengindikasi bahwa ia akan membuat bom waktu.

Dalam percakapan itu Suarez bertanya, "Apakah kamu tahu cara membuat bom?". Sang intel pun menjebak pertanyaan apakah ia mau bom. Suarez menjawab "Iya, aku mau belajar cara memakai bom yang bisa kukontrol."

Di bulan Juni, intel itu mengajak bertemu Suarez dan bertemu dengan 'anggota ISIS' yang bisa mensuplai peralatan ledakan.

Di pertemuan yang sama Harlem Suarez mengaku ingin merencanakan bom pada saat perayaan 4 Juli.

Dalam sebuah rekaman telepon, sumber FBI bertanya apakah ia serius atau bermain-main saja. Dalam surat dakwaan tertulis, ia menjawab, "Saya tidak main-main."

Suarez pun berencana mengubur bahan peledak di pantai Key West dan meledakkannya.

Seminggu sebelum penangkapan, ia bertemu agen yang sedang menyamar sebagai penjual bahan peledak. Ia memberi uang US$100 untuk membeli bahan peledak. Saat itulah ia ditangkap oleh FBI.

Suarez pemuda tidak lulus sekolah ini harus berurusan dengan hukum. "Tidak ada ruang untuk kegagalan ketika harus menginvestigasi pembunuhan massal aksi terorisme. Apapun bisa jadi potensi," kata George Piro, spesial agen FBI di Miami.

Pada hari Senin yang sama, seorang pria dari Miami divonis 10 tahun penjara karena berniat menjadi sniper dan membunuh orang sipil. Atas nama parakelompok militan.

Miguel  Moran Diaz, 46 tahun divonis bersalah atas kepemilikan senjata. Seperti Suarez, investigasi Diaz dimulai bulan Januari 2015 ketika FBI menemukan akun Facebook Azizi al Hariri yang berencana melakukan teror  di AS. Hingga kini  pemilik akun tersebut belum diketahui.

FBI melakukan operasi besar-besaran menghadapi ancaman terorisme domestik.  Mereka menangkap Alexander Ciccolo, 23 tahun, setelah membeli senjata ilegal dari agen FBI yang sedang menyamar.

Saat melakukan penyisiran di apartemennya, FBI menemukan bom rakitan, berbagai cairan kimia, dan jam dengan alarm, bersama kertas-kertas berisi rencana penyerangan dan artikel "jihad". Menurut FBI, Alexander menggunakan nama Abu Ali al-Amriki. (Ein)