Liputan6.com, Teheran - 10 Tahun lalu atau tepatnya 3 Agustus 2005, Mahmoud Ahmadinejad resmi menjabat sebagai Presiden Iran usai menjalani sumpah jabatan. Mantan Walikota Teheran ini merupakan sosok revolusioner yang menentang keras Amerika Serikat dan sekutunya, Israel.
Keberhasilan dosen Tehran's University of Science ini menjadi presiden tak diprediksi sebelumnya. Lantaran rivalnya pada pemilu, yakni calon incumbent Ali Akbar Hashemi Rafsanjani berada di atas langit pada masa kampanye.
Bahkan nama Ahmadinejad sebelumnya selalu berada di urutan paling buncit dalam sejumlah survei ketimbang kandidat lainnya, yakni Ali Larijani, Ahmadinejad, Mehdi Karrubi, Mohammed Bhager Galibaf, Mohsen Meharalizadeh, Mohsen Rezai, dan Mostafa Min.
Pemimpin Bersahaja
Ahmadinejad bukanlah pemimpin yang kaya. Dia sederhana dan apa adanya. Ketika calon lain menggelontorkan banyak dana untuk kampanye demi menarik dukungan, Doktor Ilmu Transportasi dan Kemacetan itu hanya berbekal alat kampanye yang minim. Ia tak sanggup untuk mengeluarkan biaya untuk foto dan atributnya. Namun kaum pemuda beramai-ramai mendukungnya dengan kampanye dari masjid ke masjid.
Baca Juga
29 November 2001: Akhir Hayat Gitaris Legendaris The Beatles George Harrison, Meninggal Akibat Kanker Tenggorokan
28 November 2014: Serangan Teroris Paling Berdarah Nigeria, Ledakan 3 Bom di Luar Masjid Bunuh 120 Orang
27 November 2000: Kematian Tragis Damilola Taylor, Bocah 10 Tahun yang Tewas Ditusuk Pisau Usai Pulang Sekolah
Tapi kenyataannya uang bukanlah segalanya. Ahmadinejad berhasil membuktikan hal tersebut dengan menempati posisi ketiga pada pemilu putaran pertama. Ia maju ke pemilihan presiden putaran kedua, bersaing dengan dua kandidat kuat, Akbar Hashemi Rafsanjani dan Mahdi Karrubi.
Hasil survei ketika itu menunjukkan Hashemi Rafsanjani di atas angin lantaran mesin politiknya yang kuat. Namun demikian, rakyat Iran punya rencana dan harapan lain. Ahmadinejad dinyatakan sebagai pemenang pemilu dengan 61%, sedangkan Rafsanjani hanya meraih 35%. Logika politik dibikin jungkir balik olehnya, sosok pemimpin sederhana yang dekat dengan rakyat.
Wujudkan Janji Kampanye
Seperti dimuat BBC, pada hari-hari pertama menjadi presiden, Ahmadinejad mewujudkan janji kampanyenya terkait kesejahteraan, keadilan, dan pemerataan pembangunan. Ia membuat sejumlah gebrakan di internal Istana, seperti menyumbangkan karpet istana nan mahal dan menggantinya dengan karpet biasa yang mudah dibersihkan. Mengintruksikan menteri menandatangani perjanjian untuk hidup sederhana dan bersedia rekening banknya diawasi.
Ahmadinejad saat itu juga melaporkan harta kekayaannya yang hanya meliputi rumah sederhana warisan sang ayah 40 tahun silam di pinggiran Ibukota Iran, Teheran, mobil tua Peugeot 504 tahun 1977, rekening banknya yang bersaldo minim dan satu-satunya uang yang masuk merupakan gajinya sebagai dosen sekitar Rp 3 juta per bulan.
Pria berjenggot tersebut pun tak menerima sepeser pun gajinya sebagai presiden. Alasannya, kata dia, semua kesejahteraan merupakan milik rakyat dan ia bertugas untuk menjaganya.
Ada satu hal yang membuat kagum staf kepresidenan adalah tas yang selalu dibawa sang presiden tiap hari selalu berisikan sarapan: roti isi atau roti keju yang disiapkan istrinya. Ia juga menghentikan kebiasaan menyediakan makanan yang dikhususkan untuk presiden.
Advertisement
Selama berkuasa, Ahmadinejad dikenal sebagai sosok yang anti-Amerika Serikat dan Israel. Iran kerap dicecar Barat lantaran kebijakan uraniumnya yang dianggap dapat membahayakan dunia. Ahmadinejad pernah melontarkan kritik kepada Presiden AS Barack Obama terkait isu nuklir ini.
"Sebaiknya Obama menyelesaikan urusan dalam negerinya sendiri (ketimbang mengurus uranium Iran)," kata Ahmadinejad, seperti dimuat Reuters.
Presiden ke-6 Iran itu juga berkali-kali mengeluarkan pernyataan keras terhadap Israel yang dianggap menjajah warga Palestina. Dalam konferensi bertajuk 'World Without Zionism' di Teheran, dia menyatakan "Israel harus dimusnahkan dari peta dunia". Demikian seperti dimuat CNN.
Sejarah lain mencatat, pada 3 Agustus 1482, Christopher Columbus memulai perjalanan bersejarah dalam misi menemukan jalan baru menuju India. 3 Agustus 1949, Jenderal Soedirman memerintahkan pasukan TNI untuk gencatan senjata untuk menghentikan baku tembak dengan tentara Belanda dalam perang mempertahanankan kemerdekaan. (Ans/Dan)