Liputan6.com, al-Anad - Pasukan pro-pemerintah Abdrabbuh Mansour Hadi yang didukung oleh koalisi Arab Saudi, berhasil menaklukan pangkalan militer Houthi setelah pertempuran besar-besaran yang terjadi Senin 3 Agustus 2015. Menurut komandan pasukan pendukung Hadi, lusinan pemberontak Houthi tewas dan tertangkap.
Kemenangan pasukan pro-Hadi itu berhasil mengambil alih kembali pangkalan militer di selatan Kota Aden, melalui pertempuran yang sangat sengit.
Dengan kembalinya Pangkalan al-Anad, berarti membuka jalan ke utara Kota Taiz, di mana pemberontak Houthi yang didukung militan Iran telah memblokade kota itu.
Presiden Hadi berada di bawah lindungan Arab Saudi, selama militan Houthi membombardir Yaman dan menguasai sebagian kota besar seperti Aden dan Sanaa.
"Militer Nasional dan pendukungnya berhasil mengambil alih pangkalan udara militer al-Anad kembali," kata Komandan Operasi, Brigjen Fadel Hassan kepada Reuters.
Fadel membenarkan, bahwa lusinan pemberontak berhasil dibunuh dan ditangkap. Pasukannya kini menyisir pangkalan tersebut untuk menemukan pro-Houthi yang masih tersisa.
Komandan Fadel mengatakan lebih lanjut, bahwa ia dan pasukannya akan melanjutkan pembebasan Provinsi Lahej dan Abyan.
Sejauh ini belum ada keterangan dari Houthi, sehubungan dengan kekalahan pertempuran ini. Kabar terakhir dari kantor berita Saba -- sebuah news agency yang dimiliki Houthi -- memberitakan bahwa Arab Saudi dan koalisinya menyerang berkali-kali pangkalan militer itu.
Pangkalan militer itu dikepung selama berminggu-minggu oleh Southern Resistance, sebuah aliansi kelompok separatis yang termasuk mendukung kemerdekaan Yaman Selatan. Serangan dimulai setelah senjata baru, termasuk kendaraan lapis baja yang dipasok oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, untuk memperkuat militer Yaman.
Saksi mata mengatakan mereka melihat puluhan kendaraan lapis baja baru menuju al-Anad.
Houthi dalam kampanye mereka mengatakan akan melawan korupsi pemerintah Hadi, dan berupaya untuk membasmi pengaruh Al Qaeda di Yaman.
Arab Saudi, yang memberi dukungan untuk Hadi, mengatakan konflik itu adalah upaya Iran untuk memperluas pengaruhnya di kawasan itu.
Konflik ini telah menimbulkan kekhawatiran internasional karena kedekatan Yaman dengan Arab Saudi, eksportir minyak terbesar di dunia, dan juga karena perang mereka melawan militan. Amerika Serikat akan terus terlibat dalam operasi anti-militan sampai pemberontakan Houthi menyerah.
Kondisi tersebut membuat Wakil Presiden Yaman, Khaled Bahah bergegas mengunjungi lokasi yang tengah bergejolak. Ia tiba di Aden pada Sabtu 1 Agustus 2015 lalu. Ia merupakan pejabat paling senior dari pemerintah di pengasingan, yang mengunjungi Yaman sejak mundurnya Houthi.
Sementara itu mantan presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh -- sekutu Houthi, mengatakan ia ingin Hadi dibawa ke pengadilan untuk pengkhianatan karena meminta bantuan Saudi dalam konflik.
"Hadi telah melakukan pengkhianatan tinggi ketika ia meminta tolong Saudi dan intervensi asing lainnya ... Dia harus ditangkap dan dibawa ke Pengadilan Pidana Internasional untuk kejahatan yang dia lakukan, dan ini adalah apa yang kita cari," kata Saleh yang dikutip di situs Huffington Post. (Tnt)