Liputan6.com, Tepi Barat - Sejumlah pria bersenjata yang menghentikan mobil-mobil di beberapa tempat pemeriksaan di Tepi Barat biasanya adalah pasukan keamanan Israel yang mengawasi wilayah pendudukan itu. Tetapi, di beberapa kawasan warga sipil Palestina yang meronda desa-desa mereka sendiri.
Ketakutan akan adanya serangan oleh ekstrimis Yahudi telah meningkat sejak seorang pria Palestina dan anaknya yang berusia 18 bulan meninggal ketika rumah mereka di Desa Duma dilempari bom api pada 31 Juli.
Baca Juga
"Mereka biasanya memecahkan kaca, merusak rumah-rumah dan membakar masjid serta kendaraan," kata Abed al-Atheim Adi, tokoh di desa Qusra tempat warga setempat meronda jalan-jalan pada malam hari sejak 2001 seperti dikutip Reuters, Selasa 11 Agustus 2015.
Advertisement
"Para pemuda di desa itu membentuk kelompok-kelompok untuk membela hak anak-anak dan keluarga mereka dan memberikan perlindungan lagi pada malam hari," imbuh dia.
Mereka yang mendapat giliran ronda, beberapa di antaranya memakai penutup muka, membawa pentungan dan kapak sebagai senjata dan menggunakan lampu senter di kawasan dekat Kota Nablus.
Mereka tidak mempunyai senjata api, mungkin takut dirazia oleh tentara Israel. Berdasarkan persetujuan perdamaian sementara yang membentuk Otoritas Palestina yang memerintah sendiri pada 1990-an, tanggung jawab keamanan di kawasan itu berada di pihak Israel.
Di Turmus Ayya, desa di dekatnya, warga kadangkala mendirikan tempat-tempat pemeriksaan di jalan pada malam hari, tempat mereka menanyakan pengendara motor dan menggeledah kendaraan-kendaraan.
"Jumlah anggota tim bisa 7, 17 atau 40 orang, bergantung pada siapa yang sedang bebas," kata Adi. "Kelompok-kelompok ini tidak memperoleh dukungan atau dana dari siapapun. Otoritas Palestina janji ingin memberikan dukungan tetapi tak ada dukungan apa-apa," imbuh dia. (Ado/Mar)