Sukses

15-8-2005: RI dan GAM Berdamai di Helsinki

Keduanya sepakat untuk berdamai setelah terlibat konflik 29 tahun yang merenggut hampir 15 ribu korban jiwa.

Liputan6.com, Jakarta - 10 tahun silam, peristiwa bersejarah tercipta untuk tanah Aceh. Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka sepakat untuk berdamai setelah terlibat konflik 29 tahun yang merenggut hampir 15 ribu korban jiwa.

Perjanjian damai yang dicetuskan Wakil Presiden kala itu, Jusuf Kalla, ditandatangi di Helsinki, Finlandia, 15 Agustus 2005. Indonesia diwakili Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaludin, sedangkan GAM mengutus Malik Mahmud Al Haytar untuk menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) tersebut.

Sejumlah kesepakatan diteken, yang intinya GAM mencabut tuntutan untuk memisahkan diri dari Indonesia. Sedangkan Pemerintah Indonesia memberi kebebasan kepada GAM untuk membentuk partai politik dalam rangka menjamin kehidupan berdemokrasi mereka. Indonesia juga sepakat untuk membebaskan tahanan GAM.

"Pemerintah RI dan Gerakan Aceh Merdeka menegaskan komitmen mereka untuk menyelesaikan konflik di Aceh secara terhormat bagi semua pihak, dengan solusi yang damai, menyeluruh, dan berkelanjutan. Para pihak bertekad untuk menciptakan kondisi sehingga pemerintahan rakyat Aceh dapat diwujudkan melalui suatu proses yang demokratis dan adil dalam negara kesatuan dan konstitusi Republik Indonesia."

"Para pihak sangat yakin bahwa hanya dengan penyelesaian damai atas konflik tersebut yang akan memungkinkan pembangunan kembali Aceh pascatsunami tanggal 26 Desember 2004 dapat mencapai kemajuan dan keberhasilan. Para pihak yang terlibat dalam konflik bertekad untuk membangun rasa saling percaya. Nota Kesepahaman ini memerinci isi persetujuan yang dicapai dan prinsip-prinsip yang akan memandu proses transformasi," demikian isi sebagian MoU tersebut.

Dalam kesempatan itu, Menkumham Hamid mengatakan perdamaian ini merupakan sejarah baru. "Mari kita bangun bersama, jangan lagi ada perselisihan."

Pun demikian yang disampaikan Ketua Delegasi GAM Malik Mahmud. "Perdamaian ini merupakan batu loncatan untuk seluruh warga Aceh menatap masa depan lebih baik. Memang naif jika tidak ada rintangan mewujudkannya. Tapi kami tahu, kita harus bekerja keras."

Mantan Presiden Finlandia Martti Ahtisaari yang menjadi mediator kedua pihak mengatakan, "Ini merupakan awal baru bagi Aceh. Banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan ke depan untuk pembangunan bersama," ujar dia, seperti dimuat BBC.

Penandatanganan perjanjian damai ini tak hanya disaksikan oleh perwakilan kedua kubu di Helsinki, tapi juga dilihat melalui siaran langsung dalam layar raksasa oleh puluhan ribu pasang mata penduduk Aceh.

Beberapa hari sebelum damai tercipta secara resmi, Warga Aceh sebelumnya sering berdoa bersama memohon kepada Yang Maha Kuasa agar Serambi Mekah bisa akur selamanya, bersatu demi kehidupan yang lebih baik ke depannya.

"Saya hampir tak percaya jika ini benar-benar bisa terjadi," ujar guru di Aceh, Nassruddin yang merasa bahagia atas damainya Pemerintah Indonesia dan GAM. "Kami hanya ingin pertikaian ini berakhir. Kami ingin hidup damai, aman, tenteram, sentosa," imbuh dia.

Sejarah lain mencatat pada 15 Agustus 1945, Jepang menyatakan menyerah kepada Sekutu setelah Kota Hiroshima dan Nagasaki hancur dibom atom. Menyerahnya Jepang ini dimanfaatkan para pejuang untuk memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia. (Ali/Ron)