Liputan6.com, New York - Para ilmuwan Amerika Serikat mengatakan Juli 2015 adalah bulan terpanas di Bumi, sejak pencatatan cuaca dilakukan. Temperatur naik tajam di banyak tempat, baik di darat maupun di permukaan laut.
Bahkan banyak di antaranya yang mengalami gelombang panas dalam periode yang cukup panjang.
Baca Juga
Para ilmuwan di lembaga AS yang mengkaji kondisi atmosfir dan laut, NOAA, memperkirakan besar kemungkinan 2015 akan menjadi tahun terpanas sejak 1880 -- ketika pertama kali pencatatan cuaca mulai dilakukan. Mereka mengatakan rekor terpanas tahun lalu bisa jadi akan tumbang.
Advertisement
"2015 Diperkirakan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat," kata para ilmuwan di US National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mengatakan dalam sebuah laporan seperti dikutip dari BBC, Jumat (21/8/2015).
Para ilmuwan mengatakan perubahan iklim global dan dampak dari fenomena cuaca El Nino, berada di balik rekor suhu panas itu.
Menurut data mereka, suhu tinggi pada 7 bulan pertama pada 2015 telah membuat rekor suhu sepanjang masa untuk periode tersebut.
"Dunia ini semakin panas. Terus memanas. Itu yang tercatat dari pencatatan dari waktu ke waktu di data kami," beber ilmuwan Jake Crouch.
"Sekarang kami cukup yakin bahwa 2015 akan menjadi tahun terpanas, sekarang saatnya untuk mulai melihat apa dampak dari itu? Apa akibatnya bagi orang-orang di Bumi?" ucap Crouch.
NOAA juga memaparkan, laut telah menyerap sejumlah panas termasuk di hamparan besar Pasifik dan Samudra Hindia.
Ketika ilmuwan mencatat di laut dan darat, mereka menemukan kombinasi rata-rata gabungan suhu di atas rata-rata dari abad ke-20 yakni 0,85 derajat Celsius.
Berdasarkan hitungan NOAA, tingkat kenaikan suhu pada Juli ini rata-rata 0,65 derajat Celcius per abad.
"El Nino kuat sedang berlangsung di Pasifik tropis dan ini dikombinasikan dengan tren pemanasan global jangka panjang, berarti ada potensi beberapa bulan sangat panas sepanjang tahun ini," ucap kepala pemantauan iklim di Met Office Inggris, Peter Stott. (Tnt/Ans)