Liputan6.com, Seoul - Korea Utara dan Korea Selatan sepakat meredakan ketegangan setelah "pertukaran" tembakan artileri di daerah perbatasan. Kesepakatan ini dicapai setelah dua hari perundingan.
Selasa 25 Agustus 2015 pagi, Korea Utara menyatakan penyesalan telah melukai tentara Korea Selatan dalam insiden ranjau darat. Sedangkan Seoul sepakat untuk menghentikan siaran propaganda anti-Pyongyang.
Korea Utara juga sepakat untuk mengakhiri genjatan senjata. Kedua belah pihak akan merundingkan kembali tindak lanjut atas kesepakatan tersebut.
"Ini sangat berarti bahwa dari pertemuan ini, Korea Utara meminta maaf atas provokasi ranjau darat dan berjanji untuk berupaya mencegah terulangnya peristiwa tersebut dan meredakan ketegangan," kata Kim Kwan-jin, Penasihat Keamanan Nasional untuk Presiden Korea Selatan Park Geun-hye, dalam konferensi pers seperti dikutip dari BBC.
Pernyataan itu secara tidak langsung menunjukkan Pyongyang bertanggung jawab atas ranjau darat tersebut. Sebelumnya, pihak Korut membantah meletakkan ranjau darat.
Pembicaraan maraton untuk perdamaian dilakukan di desa yang menjadi lokasi gencatan senjata, Panmunjom di Zona Demiliterisasi (DMZ) yang memisahkan kedua negara itu. Perundingan dilakukan mulai Sabtu 22 Agustus 2015.
"Mereka berdua membuat kompromi. Korea Selatan tidak mendapatkan permintaan maaf, mereka mendapat pernyataan penyesalan tentang cedera, yang dapat mereka putar sebagai permintaan maaf," kata John Delury dari Yonsei University di Seoul kepada Reuters.
"Titik yang lebih penting adalah menjaga saluran ini dan membuka kembali hubungan. Hal ini tidak akan mudah untuk melaksanakan, tetapi itu adalah kesepakatan penting yang menjabarkan jalan," lanjut dia.
Berdasarkan kesepakatan pada hari ini, kedua belah pihak juga sepakat untuk mengatur reuni untuk keluarga yang terpisah oleh Perang Korea selama liburan musim gugur mendatang dan di masa depan.
Secara teknis, Seoul dan Pyongyang berperang pada 1950-1953. Perseteruan antara keduanya berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian perdamaian.
Baca Juga
Hubungan antar-Korea beku sejak 2010. Saat itu, sebuah kapal perang Korea Selatan tenggelam dan menewaskan 46 pelaut. Seoul melimpahkan kesalahan pada Korea Utara. Namun, Pyongyang menyangkal bertanggung jawab atas kejadian itu.
Eskalasi terbaru ketegangan keduanya mulai awal bulan ini, ketika ledakan ranjau darat di DMZ melukai 2 tentara Korea Selatan. Lalu, peledakkan propaganda anti-Pyongyang dari pengeras suara di sepanjang perbatasan.
Kebuntuan mencapai titik krisis pada Kamis lalu ketika Korea Utara menembakkan 4 peluru ke Korea Selatan. Hal itu diungkapkan pihak pemerintah Korea Selatan. Soeul pun menanggapinya dengan rentetan tembakan artileri.
Pyongyang kemudian membuat ultimatum Seoul untuk menghentikan siaran pada Sabtu sore atau mereka akan membuat aksi militer. Tetapi pada hari itu kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan pembicaraan. (Bob/Rmn)
Advertisement