Liputan6.com, Jakarta - Pada hari ini, 1916, Rumania mengumumkan perang terhadap Austria-Hongaria. Masuknya Rumania ke kancah peperangan Austria-Hongaria secara resmi dunia menyebutnya Perang Dunia I.
Awalnya, Rumania ingin mewujudkan mimpi lamanya: memperluas wilayah hingga Transylvania. Saat perang Eropa 1914 antara Austria-Hongaria, Rumania melihat celah yang menguntungkan baginya.
Baca Juga
Rumania juga melihat kesuksesan Rusia melawan Austria di medan perang Front Timur selama musim panas 1916, hingga pada 18 Agustus 1916, pemerintah Rumania menandatangani perjanjian rahasia dengan sekutunya, yaitu Soviet untuk membantu peperangan ini.
Advertisement
Bantuan itu dengan persyaratan, Rumania akan memperoleh Transylvania, hingga Sungai Theiss, Provinsi Bukovina ke Sungai Pruth, dan seluruh wilayah Banat serta semua wilayah kendali Austria-Hongaria.
Pada 27 Agustus, Rumania memenuhi kewajiban perjanjian dengan menyatakan perang terhadap Austria-Hongaria, seperti dikutip dari History.com, Kamis (27/8/2015).
Tentara Rumania membuka front perang baru di Transylvania. Masuknya Rumania ini membuat pasukan Inggris terkalahkan di Sungai Somme, dan Austria tak berdaya melawan Rusia di timur.
Kaiser Wilhelm II dari Jerman --yang membantu Austria-- panik dan segera mengubah taktik peperangan. Ia sempat meminta menghentikan perang untuk sementara. Rumania dan Rusia "yang berada di atas angin" memperbolehkan "istirahat".
Taktik Wilhem berhasil. Dengan kelihaiannya, ia memperkuat posisi defensif Jerman. Kaisar Wilhem segara menggantikan Erich von Falkenhayn dengan Paul von Hindenburg sebagai Kepala Staf Jenderal Jerman pada 28 Agustus dan dalam waktu dua minggu, taktik perangnya berhasil.
Von Heidenburg yang menggantikan Falkenhayn mengambil alih operasi Jerman melawan Rumania. Ia bersama pasukannya berhasil menduduki Rumania dan ibukota, Bucharest pada 9 Desember 1916.
Meski pun pasukan Rusia masih mendukung Rumania awal tahun berikutnya, tentara Rusia berada di ambang kehancuran karena gelombang Revolusi Rusia tahun itu. Rumania terpaksa menyerah setelah 335.000 pasukannya tewas dalam Perang Dunia I ini. Jumlah ini belum termasuk korban sipil yang jumlahnya lebih banyak lagi.
Menurut Perdamaian Bucharest, Rumania kehilangan tanah di sepanjang pantaimya. Bagian ini diberikan kepada Bulgaria. Rumania juga kehilangan kontrol dari Sungai Danube, yang Blok Tengah dikomandoi. Perjanjian Versailles pada 1919 juga memperkuat traktat Perdamaian Bucharest.
Meski pun kalah, Rumania mendapatkan tanah yang ia imipkan: Transylvania.
Pada tanggal yang sama, 1883, pukul 10.20, Gunung Krakatau tak sekadar meletus. Ia meledakkan diri hingga hancur berkeping-keping.
Kekuatannya setara 150 megaton TNT, lebih 10.000 kali kekuatan bom atom yang meluluhlantakkan Hiroshima dan Nagasaki di Jepang. Melenyapkan pulau dan memicu dua tsunami, dengan tinggi 40 meter, menewaskan lebih dari 35 ribu orang. Itu versi resmi.
Sejumlah laporan menyebut, korban mencapai 120 ribu. Kerangka-kerangka manusia ditemukan mengambang di Samudera Hindia hingga pantai timur Afrika sampai satu tahun setelah letusan.
Suara ledakan dan gemuruh letusan Krakatau terdengar sampai radius lebih dari 4.600 km hingga terdengar sepanjang Samudera Hindia, dari Pulau Rodriguez dan Sri Lanka di barat, hingga ke Australia di timur.
Letusan tersebut masih tercatat sebagai suara letusan paling keras yang pernah terdengar di muka bumi. Siapa pun yang berada dalam radius 10 kilometer niscaya menjadi tuli. The Guiness Book of Records mencatat bunyi ledakan Krakatau sebagai bunyi paling hebat yang terekam dalam sejarah.
"Akibatnya tak hanya melenyapkan sebuah pulau beserta orang-orangnya, melainkan membuat mandek perekonomian kolonial yang berusia berabad-abad," demikian ungkap Simon Winchester, penulis Krakatoa: The Day the World Exploded, August 27, 1883.
Letusan Krakatau juga menciptakan fenomena angkasa. Lewat abu vulkaniknya. Abu yang muncrat ke angkasa, membuat bulan berwarna biru. (Rie/Rmn)