Sukses

Perempuan Buruan Polisi Ini Tolak Dikaitkan dengan Bom Bangkok

"Saya sudah tidak tinggal di apartemen itu hampir satu tahun," kata Wanna Suansan.

Liputan6.com, Bangkok - Setelah memberi penghargaan kepada diri sendiri, Polisi Bangkok menyebarkan sketsa perempuan Thailand yang diindikasi terlibat dalam pengeboman Kuil Erawan yang menewaskan 20 orang. Perempuan itu mengenakan jilbab hitam, bernama Wanna Suansan atau biasa dipanggil Misaloh. Wanna berusia 26 tahun dan berasal dari provinsi Phang Nga, Thailand Selatan.

Kepada wartawan kantor berita Prancis, seorang wanita yang mengaku bernama Wanna mengatakan ia kini tinggal di kota Kayseri, Turki bersama suaminya. Wanita mengaku meninggalkan Thailand 3 bulan lalu.

"Saya sudah tidak tinggal di apartemen itu hampir satu tahun," katanya lewat telepon kepada AFP pada Senin 31 Agustus malam, seperti dikutip dari Channel News Asia (1/9/2015). Perempuan itu juga menambahkan bahwa ia telah menyewakan kembali (sublet) apartemen itu kepada teman suaminya. "Saya sewakan kembali ke teman suami saya, dan tidak tahu berapa yang tinggal di situ," tutur Wanna

Dalam perbincangannya, ia mengaku sangat takut setelah mengetahui dirinya dijadikan tersangka oleh polisi Thailand.

"Saya sangat kaget, saya pikir teman saya bercanda," kata dia yang juga mengaku telah dikontak oleh kepolisian Thailand dan berjanji akan bekerja sama dengan polisi.

Polisi hingga saat ini tidak mau berkomentar apapun mengenai keberadaan Wanna di Turki. Sejauh ini belum ada kelompok manapun yang mengaku bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan 20 orang itu. Akibatnya, spekulasi berkembang liar terlebih pernyataan antara Kepolisian Thailand dan Junta saling bertentangan.

Mulai dari teori kelompok selatan yang berada di balik serangan, 'Kaos Merah', etnis Uighur hingga geng penyelundup manusia. 

Baca juga: Terduga Bomber Bangkok Bagian dari Geng Penyelundup Manusia

"Semua pihak ikut terlibat," kata PM Thailand Prayut Chan-ocha ketika ditanya apakah pria yang baru saja ditahan berkaitan dengan geng penyeludapn manusia yang membawa imigran Uighur ke Thailand. 

Namun, menurut ahli militan grup di Asia Tenggara, Zachary Abuza mengatakan kelompok penyelundup manusia tidak mungkin melakukan hal itu.

"Kalau itu dilakukan oleh sebuah organisasi kriminal macam penyelundupan manusia, motifnya apa? Dengan membunuh 20 orang penduduk tak bersalah akan membantu bisnis mereka?" kata Zachary.

Zachary juga mengatakan junta tak ingin kehilangan kuasanya namun juga tidak mau disalahkan sehingga membuat polisi membuat investigasi yang tidak fokus dan menghasilkan hipotesa yang tidak mendasar.

Polisi kini bekerja sama dengan beberapa perwakilan kedutaan besar untuk menginvestigasi pria yang berhasil mereka tangkap sabtu lalu. Kini pria tersebut berada di dalam tahanan militer.

Menurut beberapa sumber di kepolisian, pria tersebut sangat tidak dapat bekerja sama dengan para petugas, sehingga mereka membawa lusinan penerjemah. Namun, kepala polisi Somyot Poompanmoung mengatakan, pria tersebut membawa informasi yang sangat berarti. (Rie/Mut)