Liputan6.com, Berlin - Kereta yang dipenuhi para imigran yang datang dari Hungaria, tiba di Austria dan Jerman pada Senin 31 Agustus 2015. Ribuan migran ini datang tak terbendung setelah aturan EU atas imigran diterobos oleh para pencari suaka ini. Mereka kebanyakan datang dari Suriah. Kedatangan mereka yang tidak berdokumentasi dengan lengkap seakan dibiarkan memasuki Uni Eropa terutama Jerman.
Sesuai dengan aturan UE, mereka seharusnya terdaftar dahulu di negara pertama sebagai pencari suaka. Setelah itu, mereka diperbolehkan menuju negara yang ingin mereka tinggali. Namun, karena begitu banyaknya para pencari suaka akibat konflik dan perang bersaudara tak berkesudahan, pihak Uni Eropa kewalahan.
Baca Juga
Advertisement
"Terima kasih Tuhan, tidak ada yang tanya paspor.. .Tidak ada polisi, tidak ada masalah," kata Khalil seperti dikutip dari Reuters. Ia adalah seorang guru bahasa Inggris di Kobani Suriah.
Khalil datang ke Eropa bersama istri dan bayi perempuannya yang sedang sakit. Mereka ditemui di stasium kereta api di Wina, Austria bersama ratusan migran. Tujuannya sama: Jerman.
Sesampainya di Eropa, Khalil membeli tiket kereta dari Budapest menuju Hamburg, Jerman, di mana ia akan merasa lebih baik daripada di Hungaria.
"Kami para pengunsi Suriah memanggi Kanselir Merkel dengan sebuatan 'Mama Merkel'", jelas Khalil yang memuji Jerman atas kesiapannya menyambut para pencari suaka.
Jerman berencana menerima 800 ribu pencari suaka untuk tahun ini. Namun, sejumlah kelompok masyarakat menolak kehadiran mereka. Beberapa diantaranya bahkan melakukan serangan terhadap shelter yang dibangun oleh pemerintah Jerman.
Sementara itu sejumlah saksi mata mengatakan sesampainya di Jerman, mereka yang tidak punya dokumen akan dimintai keterangan oleh para polisi. Mereka akan digiring ke kantor polisi untuk didata.
Nestapa Para Pencari Suaka
"Kami tidak tidur, kami tidak tidur. Lihat mata kami. Lihatlah. Kami tidak makan, hanya jalan, hanya berjalan," kata Bazav kepada CBS News di perbatasan Serbia dan Hungaria.
Seperti ribuan pencari suaka lainnya, ia meninggalkan Suriah menuju Eropa untuk kehidupan yang lebih baik. Bazav tiba di Turki lalu menuju Serbia. Berjalan kaki dari Serbia menuju perbatasan ke Hungaria demi menuju tanah impian barunya, Jerman.
Namun perjuangannya tertahan. Pagar kawat berduri setinggi 4 meter menghadangnya. Pagar ini didirikan oleh pemerintah Hungaria sepanjang 116 km sepanjang perbatasan Hungaria-Serbia.
Pemerintah Hungaria berhasil membangun pagar tersebut untuk menahan laju pengungsi menuju Jerman. Hungaria juga berencana membangun shelter untuk mengecek kelengkapan administrasi mereka.
"Kami tidak percaya polisi, mereka akan deportasi kami kembali," kata Bazav kepada CBS. Banyak di antara mereka memutar balik mencari jalan ke Serbia, melintasi padang jagung menghindari aparat polisi.
Bazav memang telah mendarat ke Eropa, namun, ia tetap dalam pelarian.
Nasib Bazav boleh dibilang lebih baik. Pada tanggal 28 Agustus 2015, dua kapal yang mengangkut hampir 500 migran terbalik di lepas pantai Kota Zuwara, Libya. Ratusan orang dikhawatirkan tewas. Tim penyelamat berhasil menemukan 82 jenazah, namun 100 orang dikhawatirkan hilang dan tewas.
"Orang-orang ini butuh bantuan, mereka datang dari situasi mengerikan. Kita tak perlu berpikir dua kali untuk menolong mereka," kata Ottwin Schober kepada Reuters. Ia adalah seorang pensiunan yang awalnya tak peduli dengan urusan ini hingga penemuan jenazah 71 imigran di truk pengangkut daging.
Sehari sebelum insiden kapal terbalik, polisi Austria menemukan 71 mayat imigran yang membusuk dalam sebuah truk yang ditinggalkan. Penemuan mengerikan di dekat perbatasan Slowakia dan Hungaria itu terjadi seiring penemuan 30 imigran yang tenggelam di kawasan Mediterrania.
Polisi Austria mengatakan kendaraan yang ditinggalkan di jalur darurat itu ditemukan Kamis dengan cairan mayat membusuk yang menetes dari dalamnya.
Ketika mereka membuka truk itu, tercium bau menyengat dan mayat-mayat itu saling bertumpuk, dijejalkan pada sebuah ruang persegi kecil dengan anggota tubuh saling membelit.
Para korban adalah 59 pria, 8 wanita dan 4 anak-anak yang diduga telah meninggal selama sekitar 2 hari. Truk itu memiliki tanda sebuah perusahaan peternakan Slowakia dan memiliki pelat nomor Hungaria. (Rie/Ein)