Sukses

Prancis Hentikan Penyidikan Kematian Misterius Yasser Arafat

Pernyataan itu sejalan dengan ucapan salah seorang jaksa Prancis, yang mengatakan bahwa sampel polonium merupakan gejala alam.

Liputan6.com, Paris - Aparat Prancis menghentikan penyelidikan atas dugaan bahwa pemimpin Palestina, Yasser Arafat yang diduga kuat meninggal akibat diracun.

Arafat meninggal dunia di Paris, Prancis pada usia 75 tahun, 8 November 2004 lalu. Sebelumnya, ia dilaporkan mengidap kelainan darah dan mengalami stroke.

Belakangan, istri Arafat, Suha, meyakini sang suami meninggal akibat diracun. Setelah ditemukan elemen radio aktif bernama polonium-210 pada sejumlah barang-barang pribadi Arafat.

Setelah hampir 16 tahun penyelidikan, akhirnya otoritas Prancis menyatakan menyetop upayanya menguak penyebab kematian misterius Arafat.

"Polonium tak terbukti meracuni Arafat, sehingga mereka tak melanjutkan investigasi," kata sejumlah jaksa di Nanterre, dekat Paris melalui sebuah pernyataan setelah dilakukan tes di Swiss, seperti dikutip dari BBC, Kamis (3/9/2015).

Pernyataan itu sejalan dengan ucapan salah seorang jaksa Prancis pada awal tahun ini, yang mengatakan bahwa sampel polonium merupakan gejala alam.

Pada Agustus 2012, pemerintah Prancis menyetujui dimulainya penyelidikan atas dugaan pembunuhan pada meninggalnya Arafat. Lalu pada November 2012, makam Arafat dibongkar dalam rangka penyelidikan forensik.

Setahun kemudian, laporan forensik dari Vaudois University Hospital Centre (CHUV) di Swiss mengatakan tes yang dilakukan pada jenazah menunjukkan kandungan polonium-210 yang cukup tinggi, sehingga diduga kuat Arafat diracuni.

Banyak warga Palestina dan lainnya percaya bahwa Israel meracuni Arafat. Tapi Israel sejauh ini membantah keterlibatannya.

Palestina Lanjutkan Penyelidikan

Sementara itu, otoritas Palestina justru tak sejalan dengan Prancis yang menghentikan penyelidikan. Mereka berkeras akan berupaya membuktikan bahwa Arafat meninggal karena diracun.

"Kami akan melanjutkan investigasi untuk mengetahui pembunuh Arafat, sampai kami tahu bagaimana Arafat dibunuh," tutur kepala komisi penyelidikan Otoritas Palestina sekaligus mantan kepala intelijen di negara itu, Tawfiq Tirawi.

Dalam sebuah tayangan yang disiarkan stasiun televisi Al Jazeera, sejumlah peneliti dari Institut Fisika Radiasi (IRA) di Universitas Lausanne, Swiss -- yang disewa untuk melakukan penelitian terhadap dugaan Arafat diracun -- mengatakan telah menemukan adanya polonium-210 dengan jumlah signifikan. Setelah menguji sampel yang diambil dari benda-benda pribadi Arafat, termasuk sorban atau penutup kepala yang menjadi ciri khasnya.

Polonium-210 adalah zat radioaktif yang secara alami diperoleh makanan dan tubuh dengan dosis rendah, namun senyawa ini bisa mematikan jika jika tertelan dalam dosis tinggi.

Zat radioaktif ini kerap digunakan untuk tenaga pesawat luar angkasa yang ditemukan Marie Curie pada tahun 1898.

Jika seseorang menelan polonium-210, sekitar 50-90 persennya akan keluar melalui feses. Yang tertinggal akan masuk ke aliran darah.

Sekitar 40 persen polonium yang tertinggal akan masuk ke limpa, ginjal, dan liver. Sementara 10 persennya merasuk ke sumsum tulang. Radiasi keracunan polonium-210 terlihat seperti kanker stadium akhir.

Akibatnya, akan terjadi kerusakan liver dan ginjal, diikuti mual dan sakit kepala ekstrem. Korbannya kerap mengalami muntah, diare, dan kerontokan rambut. Kematian akan datang dalam hitungan hari, kadang-kadang dalam beberapa minggu. (Tnt/Rie)