Liputan6.com, Ankara - Bocah laki-laki itu terbaring telungkup di tepi pantai. Wajahnya menyentuh pasir basah. Ia mengenakan kaos warna merah dan celana biru, sepasang sepatu melekat di kaki mungilnya. Pagi itu polisi menemukan dia dalam kondisi tak bernyawa.
Anak itu bernama Aylan Kurdi. Ia meninggal dalam usia sangat muda, 3 tahun. Perang dan konflik berkepanjangan di Suriah merenggut masa depannya.
Jasadnya tersapu ombak ke pesisir Semenanjung Bodrum di Turki. Di pantai Ali Hoca Point. Tak jauh dari tempatnya ditemukan, tergeletak jenazah sang kakak Galip (5).
Advertisement
Aylan, Galip dan kedua orangtua mereka menaiki perahu sarat penumpang, yang mengangkut para pengungsi dari Suriah.
Namun, belum sampai ke tujuan, bahtera itu terbalik di Pulau Kos, Yunani. Kedua bocah tak berdaya menghadapi ganasnya lautan, pun dengan ibu mereka, Rehan. Sementara, sang ayah, Abdullah beruntung bisa selamat.
Pria itu mengisahkan, kapal yang mereka naiki terbalik akibat hantaman ombak tinggi. Sang kapten yang panik pilih terjun ke laut, menyelamatkan diri. Kendali kapal diserahkan tangan Abdullah. "Aku mengambil alih kemudi. Namun ombak begitu dahsyat hingga membalikkan kapal," kata dia, kepada Dogan News Agency, seperti dikutip dari Daily Mail, Kamis (3/9/2015).
"Aku memegangi tangan istriku. Namun, anak-anak terlepas dariku. Kami mencoba berpegangan pada perahu," tambah dia.
Saat itu gelap. Semua orang berteriak. Panik. "Yang paling aku inginkan saat ini adalah bisa bersama anak-anakku," kata dia, menangis dan merasa bersalah.
Abdullah mengisahkan, keluarganya mencoba lari ke Kanada, dari Kobane, Suriah. Sebelumnya, mereka sempat mengungsi ke Turki tahun lalu, namun kembali memilih pergi, untuk menghindari angkara ISIS.
Dari 23 pengungsi yang ada dalam perahu, hanya 9 yang selamat. Sejauh ini, baru 12 jenazah ditemukan, termasuk 5 anak-anak.
Sudah ribuan migran tewas sejak awal tahun ini dalam upaya memasuki Eropa lewat jalur laut. Untuk lari dari perang dan mencari peluang hidup dan harapan di tanah orang.
Selanjutnya: Maafkan Kami...
Maafkan Kami...
Foto jasad Aylan, yang diterbitkan pertama kali oleh sebuah kantor berita Turki ini menjadi trending topic di seluruh dunia. Menerbitkan belas kasih sekaligus murka penduduk Bumi.
Kemarahan terutama tertuju pada mereka yang menyulut perang. Juga pada para pemimpin dunia yang tak mampu mencegah tragedi ini terjadi.
Juru bicara Badan Pengungsi PBB (UNHCR), Laura Padoan mengatakan, publikasi foto Aylan akan mengubah persepsi publik tentang krisis pengungsi dari zona perang.
"Foto itu akan membuat orang berpikir tentang keluarga dan anak-anak mereka sendiri," kata dia, seperti dikutip dari CBS News.
"Saat ini, sulit bagi para politisi untuk berpaling, untuk tak peduli pada foto seperti itu dan tragedi yang sedang nyata terjadi."
Legislator Partai Buruh Inggris, Ann Clywd mengaku mendapat telepon dari para konstituennya. "Orang-orang merasa ngeri," kata dia. "Mereka berkata, 'Tolong, bisakah kita melakukan sesuatu. Ini sungguh memprihatinkan."
Sementara, anggota parlemen Nadhim Zahawi dalam Twitternya berkata, semua orang -- terutama mereka yang memegang kekuasaan -- seharusnya malu membuat foto-foto para korban. "Maafkan aku, malaikat kecil. Beristirahatlah dalam damai, "tulisnya.
Para netizen pun bereaksi. Salah satunya dengan memberikan sentuhan seni dari foto-foto Aylan yang mengerikan. Dengan mencitrakannya sebagai 'malaikat'. Ada sayap kecil di punggungnya.
Salah satunya diunggah oleh pengguna Twitter Sherry Aziz. "Tuhan bersamamu dan para malaikat kecil#FreeSyria," tulis dia.
Pun dengan HA Hellyer, pemilk akun@hahellyer. "Semoga kami dimaafkan karena gagal menolong bocah semanis ini. RIP."
(Ein/Ali)
Advertisement