Liputan6.com, Meksiko City - Sekelompok ahli internasional independen mengeluarkan laporan pada Minggu 6 September, berisi pernyataan bahwa tidak ada bukti 43 siswa yang hilang 2014 lalu dibakar di tempat pembuangan sampah. Laporan ini merontokkan klaim pemerintah Meksiko yang mengatakan murid-murid tersebut diperlakukan demikian.
Laporan yang dikeluarkan oleh ahli independen dari Komisi Hak Asasi Manusia Inter-Amerika membuat pejabat Meksiko mengoreksi klaim pemerintah yang dibuat tahun lalu. Saat itu, Jaksa Agung Meksiko mengumumkan siswa telah dibunuh dan tubuh mereka dibakar.
Baca Juga
Setelah adanya laporan baru ini, Jaksa Agung Meksiko yang baru -- Arely Gomez Gonzalez menggelar konferensi pers pada Minggu 6 September bahwa ia akan meluncurkan penyelidikan baru di lokasi pembuangan sampah.
Advertisement
Pada 26 September 2014, 43 mahasiswa bepergian menggunakan bus dan mobil van ke Iguala, menggelar protes tentang kurangnya pendanaan pada sekolah mereka. Sejak saat itu mereka lenyap. Para korban, semua adalah pria berusia 20-an tahun adalah siswa calon guru di sebuah kampus di Ayotzinapa, negara bagian Guerrero.
"Kami akan meminta penyelidikan baru yang dipimpin oleh kelompok lain yang terdiri dari penyidik forensik yang lebih berpengalaman," kata Gonzalez, seperti dikutip CNN, 6 September 2015.
Gonzalez juga menunjukkan bahwa ada aspek kunci lain dari penyelidikan pemerintah Meksiko yang dikonfirmasi oleh laporan independen, yaitu keterlibatan polisi setempat yang korup dan walikota di balik hilangnya siswa. Baca: Polisi Culik dan Bunuh 43 Mahasiswa Atas Perintah Walikota Meksiko
Tapi, Gonzales tidak mau maledeni pertanyaan dari para awak media dan tidak jelas apakah pemerintah Meksiko akan mempertimbangkan kembali kesimpulan lain yang sebelumnya telah ditarik dari kasus ini. Yaitu jasad mereka dikuburkan secara massal di suatu tempat.
Lebih dari 11 bulan setelah 43 siswa hilang di malam terjadi kekerasan di Iguala, Meksiko. Hanya satu dari mereka berhasil diidentifikasi positif. Pihak berwenang mengatakan sisa-sisa jasad siswa dibuang ke sungai setelah sebelumnya dibakar, sehingga tidak mungkin untuk mengidentifikasi sisa tubuh mereka.
Pemerintah Meksiko telah resmi menyatakan bahwa mereka telah meninggal dunia.
Keluarga mahasiswa yang hilang, yang telah lama tidak mempercayakan penyelesaian kasus ini kepada pemerintah, mengaku kecewa dan marah.
Felipe de la Cruz, juru bicara orang tua murid, kini menuntut pertemuan dengan Presiden Meksiko.
"Kabinetnya berbohong," katanya.
Dalam sebuah pernyataan pada Minggu, seorang pejabat tinggi dari Amnesty International mengatakan baha laporan baru itu menunjukkan otoritas Meksiko perlu memfokuskan kembali investigasi mereka dan segera.
"Meksiko adalah salah satu negara dengan hak asasi manusia terburuk dalam beberapa dekade," kata Erika Guevara-Rosas, direktur Amerika untuk Amenesty Internasional.
"Kegagalan dalam pencarian dan penyelidikan hilangnya 43 siswa oleh sekelompok ahli telah memberi noda besar pada reputasi pemerintah Meksiko, yang hanya dapat dipulihkan jika mereka bertanggung jawab bisa menyelesaikan kasus ini."
Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto berkicau di Twitter, bahwa ia telah memerintahkan pemerintahnya untuk menganalisis rekomendasi laporan itu. Gonzalez berjanji bahwa pemerintah tidak akan beristirahat sampai mereka sudah mendapatkan yang terjadi pada siswa-siswa tersebut.
"Lembaga-lembaga federal responsif dan bertindak tegas dalam menghadapi peristiwa ini," tutur Gonzales
"Hilangnya siswa di Iguala telah membuat marah dan melukai seluruh masyarakat," kata Gonzales lagi, seperti dikutip dari The Guardian.
Pada konferensi pers tersebut, dihadiri juga oleh orang tua siswa. Mereka mengangkat foto-foto anak-anak mereka yang hilang, menyatakan kemarahannya sekaligus menaruh harapan pada laporan baru tersebut.
"Ini adalah kebohongan keji, bahwa mereka dibakar di ujung tempat sampah Cocula," Emiliano Navarrete, ayah dari Jose Angel Navarrete, menangis, saat ia berteriak ke mikrofon. "Itu tidak berarti bahwa kami tidak dapat menerima kebenaran, tapi itu berarti tidak ada bukti (mereka dibakar)," seperti dikutip dari The Guardian.
Navarrete dan orang tua lainnya menuntut pertemuan tatap muka dengan presiden, penuntutan pejabat publik yang bertanggung jawab untuk penyelidikan, dan meminta dukungan publik secara besar-besaran untuk demonstrasi yang direncanakan untuk menandai ulang tahun pertama dari kejadian dalam waktu 20 hari.
"Sandiwara pemerintah telah runtuh, dan pertanyaannya adalah di mana anak-anak kita" kata Mario Cesar Gonzalez, ayah dari Cesar Manuel Gonzalez, "Kami menuntut bahwa mereka kembali dalam keadaan hidup." (Rie/Tnt)