Liputan6.com, Washington DC - Apa yang terjadi hari ini, 14 tahun yang lalu, tak bakal lekang dari ingatan rakyat Amerika Serikat. Selasa 9 September 2001, sekitar pukul 08.46, American Airlines Penerbangan 11 yang dipiloti teroris Al Qaeda, Mohamed Atta menabrak menara utara Gedung World Trade Center (WTC) di New York.
Pada pukul 09.03 pagi, 5 pembajak lainnya menabrakkan United Airlines Penerbangan 175 ke menara selatan. Serangan 9/11 terjadi di AS.
Sebelumnya di Gedung Putih, hari berlangsung seperti biasa. Presiden George W Bush sedang di luar kota, para staf bekerja di tengah udara panas, dan satu-satunya rapat penting yang dijadwalkan adalah soal 'Communities of Character'.
Lalu, semua berubah.
Perubahan mendadak itu tercermin dari sejumlah email yang dirilis George W Bush Presidential Library.
Surat-surat elektronik itu menawarkan sudut pandang lain tentang tragedi yang menewaskan sekitar 3 ribu jiwa.
"Nyalakan CNN," demikian email yang disampaikan direktur urusan media Gedung Putih, Tucker Eskew kepada 3 koleganya. Surat elektronik itu dikirim pukul 08.56 pagi, demikian dikutip dari New York Times, Kamis 10 September 2015.
Kemudian pada pukul 09.09 pagi, email lain muncul. "Rapat soal anggaran pukul 09.30 dibatalkan," tulis Tracey Schmitt, Staf Gedung Putih, ke sejumlah koleganya.
Email lain muncul. Isinya pembatalan rapat. Dan, saat jarum jam menunjuk angka 09.20, email lain beredar. Penasihat Wapres AS Dick Cheney menerimanya dari David Horowitz. "Today is Pearl Harbor" -- hari ini Pearl Harbour. Â
Pearl Harbor adalah pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pulau Oahu, Hawaii.
Pada 7 Desember 1941 Jepang menyerang Pearl Harbor, membawa Amerika Serikat ke kancah Perang Dunia II.
Tak ada satupun dari email staf Gedung Putih mendeskripsikan suasana ketakutan dan ketidakpastian yang dialami saat kejadian. Namun, ada juga yang menawarkan petunjuk.
"Tak bisa dipercaya. Baru saja kembali ke Gedung Putih, setelah berada di 'bunker' sepanjang siang," demikian email yang diterima Clay Johnson pada pukul 17.07, dari saudarinya Ellen.
"Apakah kau merasa aman," Johnson bertanya balik pada saudarinya.
"Jika presiden dianggap aman kembali, maka berarti aku aman."
Sebelumnya, sejumlah foto dirilis oleh Badan Arsip Nasional AS atau National Archives berdasarkan UU Kebebasan Informasi atau Freedom of Information Act yang dimohonkan oleh pembuat film Colette Neirouz Hanna.
Kala itu, Wakil Presiden Dick Cheney mengambil kendali di Gedung Putih, Washington DC. Situasi di sana genting setelah kabar kejadian teror 9/11 diterima.
Pada 2003, Menteri Luar Negeri Swedia, Anna Lindh, tewas dibunuh setelah diserang pada 10 September.
Tanggal 11 September 2005 Israel secara resmi mengumumkan akan meninggalkan Jalur Gaza setelah mendudukinya selama 38 tahun. (Ein/Ron)
Baca juga:
Terkuak, Foto-foto Situasi Genting Gedung Putih Saat Teror 9/11
Advertisement