Liputan6.com, Surrey - Kirsty Mitchell, seorang fotografer seni rupa ternama dari Surrey, kehilangan seorang ibu setelah penyakit tumor otak merenggut nyawanya pada tahun 2009 lalu.
Sebagai bentuk pelarian dari kenyataan, dan upaya untuk mengatasi perasaan sedih yang mendalam, Kirsty mulai melakukan proyek fotografi pribadi yang didedikasikan kepada ibunya, Maureen.
Advertisement
Dibantu penata rambut dan rias wajah Elbie Van Eeden, dengan anggaran terbatas, mereka menghabiskan waktu bertahun-tahun menciptakan kostum dan pernak-pernik dengan tangan. Dalam hitungan bulan sejak dimulainya proyek, foto-foto karya Kirsty mendapat pengakuan secara global. Semakin banyak yang merasa tergugah dengan karya Kirsty dan luapan perasaan di baliknya.
Proyek yang awalnya merupakan proyek musim panas di dapur Kirsty, kini berkembang menjadi perjalanan yang mengubah hidup selama lima tahun terakhir. Diisi dengan karakter teatrikal yang luar biasa dan penuh warna.
Pada minggu lalu, Kirsty meluncurkan kampanye Kickstarter untuk menerbitkan seri foto menjadi buku. Dan ia mendapatkan respon yang sungguh luar biasa.
Target 70 poundsterling (Rp. 1,56 juta) yang dibutuhkan Kirsty berhasil ia dapatkan dalam waktu kurang dari 10 jam. Bahkan, dalam empat hari, gerakannya mendapatkan biaya ekstra 100 poundsterling (Rp. 2,227 juta). Ini membuat kampanyenya memecahkan rekor pendanaan secara gotong royong di situs Kickstarter.
Kirsty mengungkapkan pada Metro.co.uk mengenai ibunya yang menjadi inspirasinya: "Ia guru Bahasa Inggris semasa hidupnya. Sastra dan cerita menjadi gairah hidupnya. Setelah kehilangan ibu, saya harus berjuang keras bertahan hidup. Saya tidak sanggup mengingatnya tanpa dihantui kenangan di rumah sakit."
"Saya beralih pada masa-masa bahagia, di mana ia berbagi buku-buku aneh yang ia kumpulkan untuk saya, dan murid-murid kelasnya. Secara perlahan, konsep untuk menciptakan buku cerita yang tak bisa dijelaskan terbentuk. Ini merupakan cara yang sempurna untuk mengenang dirinya sebagai pribadi, beserta harta pusaka yang ditinggalkannya."
"Itu merupakan kepingan yang perlahan menghilang dari ilustrasi buku, digabungkan dengan mimpi-mimpi dan pengalaman saya pribadi berhadapan dengan kesedihan, dan membentuk narasi cerita yang berseri."
"Hasilnya, adalah tempat yang asing dan indah untuk diingat dan dilupakan, momen penuh penuh suka dan duka." (Ikr/Rcy)