Sukses

Berkat 'Firasat', Korban Penembakan Virginia Lolos dari Maut

Vicki Gardner sedang diwawancarai WDBJ-TV saat tembakan beruntun menewaskan 2 jurnalis.

Liputan6.com, Virginia - Wawancara itu disiarkan langsung WDBJ-TV, Rabu 26 Agustus 2015 lalu. Vicki Gardner memandang ke arah Alison Parker -- jurnalis cantik itu tersenyum sambil memegangi mikrofon.

Sesekali, Gardner memandang ke arah kamera, yang dioperasikan oleh jurnalis lain, Adam Ward. Saat itu lah, Eksekutif Direktur Smith Mountain Lake Chamber of Commerce melihat sesuatu di jalan setapak, yang kian mendekat ke arah mereka.

"Saya melihat gerakan, lalu muncul tembakan. Bertubi-tubi," kata Gardner. "Suasana sangat kacau setelahnya."

Ini adalah komentar publik pertama Gardner sejak penembakan bulan lalu. Ia mengutarakan kisahnya dalam wawancara 
dengan Greta Van Susteren dari Fox News yang disiarkan pada Selasa 15 September malam.

Kala itu, pelaku, Vester Flanagan melepaskan tembakan yang menewaskan kameramen Adam Ward dan Reporter Alison Parker dari WDBJ-TV dengan tembakan yang mengarah ke kepala dan tubuh.

Flanagan beraksi, memuntahkan peluru pada 2 juru warta tersebut, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Saat Alison Parker dan Adam Ward rebah bersimbah darah, Gardner berpikir dia akan jadi sasaran berikutnya. "Aku tidak tahu di mana Flanagan berada," kata dia. "Aku merasa seolah-olah ada tembakan berikutnya. Mungkin pelaku akan mengincar kepalaku, seperti yang telah dia lakukan"

Namun, firasat menuntunnya menjauhi maut. Ketika tembakan pertama dilepaskan, Gardner kaget dan -- secara naluriah -- ia menjatuhkan diri. Kemudian, ia meringkuk di atas tanah. Pura-pura mati. 

Gardner menambahkan, Flanagan "sangat diam" dan tidak berbicara. Demikian kisahnya seperti dikutip The Guardian, Rabu (16/9/2015)

Pelaku yang berjalan menjauh dari tempat kejadian perkara (TKP), tiba-tiba berbalik, kemudian melepas tembakan. "Seandainya saat itu aku berdiri, aku tidak akan berada di sini berbicara dengan Anda," kata Gardner.

Tak jelas apa motif sesungguhnya Flanagan melepaskan tembakan. Ia tak bisa lagi dimintai keterangan. Setelah 5 jam menjadi buronan polisi, lelaki itu memilih bunuh diri. Dengan menembak dirinya sendiri.

Kasus penembakan 2 jurnalis kembali melecut perdebatan tentang kontrol senjata. Ayah mendiang Alison Parker bersumpah untuk melakukan "apa pun" untuk mewujudkan reformasi UU senjata api. Ia juga akan melobi politisi untuk memperketat kepemilikan senjata di Negeri Paman Sam.

Meski lolos dari maut, peluru bersarang di tubuh Gardner. Menembus tulang belakangnya. Awalnya, ia berpikir, cedera itu akan membuatnya lumpuh.

Dokter memang harus mengangkat ginjalnya dan sebagian usus besarnya, untungnya ia cukup sehat untuk keluar dari rumah sakit Roanoke pada 7 September 2015 lalu. "Aku senang berada di sini," kata dia dalam wawancara Fox News.

Dalam wawancaranya, mental Gardner cukup kuat untuk menyaksikan video penembakan, namun ia enggan kembali ke TKP di Smith Mountain Lake Visitor Center dalam waktu dekat.

"Mengapa aku selamat dan sementara mereka tidak?", kata dia soal nasib 2 jurnalis, Parker dan Ward. "Saya merasa Tuhan punya rencana atas diriku. Dan aku akan memenuhinya."

Sementara itu, pada Senin malam pacar Alison Parker, Chris Durst, kembali ke pekerjaannya sebagai pembawa acara WDBJ-TV -- untuk pertama kalinya sejak penembakan. Ia memakai dasi bergaris yang Parker berikan kepadanya pada Hari Valentine.

Durst mengatakan: "Aku tahu jawaban atas pertanyaan tentang apa yang harus kita lakukan. Bukan menyatakan kebencian, tapi cinta." (Rie/Ein)