Sukses

Menlu AS: Presiden Assad Harus Tinggalkan Pemerintahan Suriah

Kerry menyerukan Rusia dan Iran menggunakan pengaruh mereka atas Assad agar meyakinkan dia untuk menegosiasikan transisi politik.

Liputan6.com, London - Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan Presiden Suriah Bashar al-Assad harus pergi. Tapi, waktu bagi Assad melepaskan tampuk pemerintahan itu harus diputuskan melalui negosiasi.

Berbicara setelah menggelar pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond di London, Kerry menyerukan Rusia dan Iran untuk menggunakan pengaruh mereka atas Assad agar meyakinkan dia untuk menegosiasikan transisi politik.

Kerry mengatakan Amerika Serikat menyambut keterlibatan Rusia dalam menanggulangi kelompok ISIS di Suriah, tetapi krisis pengungsi yang memburuk menggarisbawahi kebutuhan untuk menemukan kompromi yang juga bisa menyebabkan perubahan politik di negara itu.

"Kita perlu untuk mendapatkan negosiasi. Itulah apa yang kita cari dan kami berharap Rusia dan Iran, dan negara-negara lain dengan pengaruh mereka akan membantu, karena itulah yang bisa mencegah krisis ini untuk segera berakhir," kata Kerry seperti dikutip Reuters, Minggu (20/9/2015).

"Kami siap untuk bernegosiasi. Apakah Assad siap untuk bernegosiasi, benar-benar bernegosiasi? Apakah Rusia siap untuk membawanya ke meja?" imbuh Kerry.

Kerry mengatakan ia tidak memiliki kerangka waktu sampai kapan Assad akan bertahan. "Saya hanya tahu bahwa rakyat Suriah telah berbicara dengan kaki mereka. Mereka meninggalkan Suriah," tegas dia.

Keberadaan Militer Rusia

Sementara itu, Philip Hammond mengatakan situasi di Suriah sekarang lebih rumit dengan adanya peningkatan keterlibatan militer Rusia di negara itu.

"Karena keterlibatan Rusia, situasi di Suriah menjadi lebih rumit dan kita perlu membicarakan hal ini sebagai bagian dari masalah yang lebih besar, tekanan migrasi, krisis kemanusiaan di Suriah serta kebutuhan untuk mengalahkan ISIS," kata dia.

Keberadaan tentara Rusia di Pangkalan Udara Latakia, Suriah telah meningkatkan kemungkinan misi pertempuran udara di wilayah udara negara itu. Peralatan berat Rusia, termasuk tank, helikopter dan pasukan infanteri angkatan laut, telah dipindahkan ke Latakia, kata pejabat AS. (Ado/Mut)