Liputan6.com, Jakarta - Banyaknya korban jiwa yang jatuh dalam tragedi Mina, meninggalkan pekerjaan menumpuk bagi Pemerintah Arab Saudi.
Salah satu yang harus diselesaikan negara kaya minyak ini adalah soal identifikasi korban. Sampai saat ini pun dipastikan upaya pengenalan jemaah haji yang menjadi korban masih dilakukan otoritas setempat.
"Proses identifikasi nama dan kewarganegaraan korban, baik yang wafat maupun yang luka luka saat sedang dan terus berlangsung," ucap Direktur Perlindungan WNI dan Bantuan Hukum Indonesia (BHI) Kemlu, Lalu Muhamad Iqbal, di Jakarta, Jumat (25/9/2015).
Advertisement
Oleh sebab itu, sampai sekarang pihak berwenang Arab Saudi belum mau membeberkan nama korban. Mereka berjanji akan memberitahu hal tersebut usai proses identifikasi berakhir.
"Nanti akan disampaikan secara resmi setelah selesai seluruh proses identifikasi korban," tutur dia.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyebutkan, dalam tragedi itu 3 jemaah haji Indonesia turut menjadi korban.
Korban meninggal yang sudah bisa dikenali adalah Hamid Atwi Tarji Rofia (51 tahun) asal Kelompok terbang (Kloter) Surabaya (SUB) 48, laki-laki, Probolinggo 3 Mei 1964, maktab 2, nomor paspor B1467965.
Kemudian, Syaiyah Syahir Abdul Gafar (50 tahun) asal Kloter Batam (BTH) 14, maktab 1, nomor paspor A2708446. Syaiyah berasal dari Pontianak, Kalimantan Barat.
Tercatat 717 jemaah haji meninggal dunia dalam tragedi Mina, Kamis 24 September kemarin, saat jemaah hendak melempar jumrah. Lebih dari 800 lainnya dilaporkan luka-luka.
Tragedi Mina terjadi kurang dari 2 minggu pasca-tragedi jatuhnya crane di Masjidil Haram yang mengakibatkan 111 jemaah meninggal dunia dan 390 lainnya luka-luka.
Peristiwa itu pun adalah yang terparah, setelah kejadian serupa pada 1990, di mana lebih dari 1.400 jemaah haji meninggal dunia akibat berdesakan di terowongan Mina.
(Tnt/Rie)