Sukses

Pakaian Pintar sebagai pengganti Dokter?

Di masa mendatang, pakaian bisa mengambil data-data kesehatan Anda, dari pacu jantung dan tekanan darah, sampai pembengkakan pada kaki.

Liputan6.com, Jakarta - Seiring perkembangan teknologi, segala sesuatu kini telah bertambah cerdas dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Jika sebelumnya ada telefon genggam 'cerdas', alias smartphone. Kini pakaian cerdas telah hadir guna mengetahui tingkat kesehatan manusia.

Penjualan pakaian cerdas yang dapat memantau kondisi tubuh, seperti mengukur denyut jantung dan kecepatan pernafasan-- pada satu saat nanti pakaian ini bisa saja berfungsi sebagai dokter panggilan.

"Kesehatan manusia kini bisa dipantau kesehatannya, tanpa harus menginap di rumah sakit," ungkap Bennet Fisher dari CircuiteX.

"Data yang terkumpul bisa menjadi profil umum menggambarkan kesehatan seseorang."

2 dari 4 halaman

Teknologi perak

Teknologi perak

Teknologi ini memanfaatkan wol yang bersifat sebagai penghantar, umumnya dibuat dari perak dan disulam menjadi kain.

Bahan perak ini kemudian berfungsi sebagai sensor untuk mendeteksi sinyal elektrik, electrocardiogram (ECGs) untuk memonitor denyut jantung, dan electromyograms (EMGs) untuk mengukur aktifitas otot. Bahan perak bisa dianyam dalam bahan pakaian, atau melalui pelekat. Bisa juga dengan aksen di bagian spesifik, dikutip CNN.

"Teknologi ini bisa aplikasikan pada semua pakaian," ungkap Andy Baker, CEO SmartLife, yang kaos dan bra ciptaannya akan diluncurkan bulan September 2015.

Semakin sensor dekat dengan kulit, semakin baik juga sinyal yang akan dideteksi. Gelombang ini kemudian akan dialihkan melalu detektor, dalam bentuk aplikasi pada smartphone atau tablet-- yang mudah dibawa oleh pengguna. Sementara informasi yang didapati bisa diunggah ke cloud storage ataupun pihak ketiga, seperti dokter.

Menurut Baker, lini pakaian ini bisa menjadi revolusi dalam praktik medis.

"Bisa saja kita kenakan 20 kaos pada pasien di sebuah ruangan-- lalu dokter bisa masuk sambil membawa iPad dan langsung memantau 20 denyut jantung sekaligus," ungkap Baker.

Namun penerapan teknologi ini dalam dunia medis masih membutuhkan persetujuan hingga penerapannya masih dalam proses sampai beberapa tahun ke depan. Namun SmartLife mengira penggunaan sistem ini sudah bisa digunakan pada tahun 2017 mendatang.

"Kami tak hanya ingin melakukan diagnosa, mengumpulkan berbagi informasi seperti yang diharapkan," ungkap Baker.

Untuk sementara ini pakaian yang sedang dikembangkan hanya untuk memantau kesehatan atlet-- sebagai bagian dari latihan mereka. Namun perlengkapan olahraga ini akan dimanfaatkan untuk kesehatan masyarakat umum.

T-shirt, bra olahraga, dan celana pendek merupakan jenis pakaian yang sedang diuji coba oleh perusahan seperti CircuiteX, SmartLife, dan Clothing+ yang berbasis di Finlandia.

"Ketika jatuh sakit, yang pertama akan dilakukan dokter adalah mengambil denyut nadi, tekanan darah, dan suhu tubuh," ungkap Mikko Malmivaara, kepala marketing di Clothing+.

Informasi yang mendasar ini penting bagi dokter untuk mengetahui secara keseluruhan kondisi kesehatan pasien. Namun, secara jangka panjang teknologi ini akan tersedia sebagai pembanding.

"Jika dokter memiliki akses biodata pasien terdahulu, mereka dapat mendiagnosa secara teliti, dengan mengamati perubahan di dalam data," sambung Malmivaara.

3 dari 4 halaman

Pakaian ketat menjadi andalan

Pakaian ketat menjadi andalan

Sifat pakaian dan bra olahraga yang pas pada tubuh membuatnya jadi pilihan populer di antara mereka yang mengembangkan teknologi-- dengan Vidctoria Secret dan Adidas  sebagai klien andalan CircuiteX.

SmartLife dan Clothing+ sekarang ini sedang mengembangkan rompi yang bisa dikenakan di bawah pakaian sehari-hari. Rompi tomografi ini dikembangkan khusus bagi pasien dengan gangguan jantung.

Nantinya, rompi ini akan dimanfaatkan untuk mengamati paru-paru dalam mendeteksi cairan, serta memantau jantung yang melemah sebelum jatuh sakit 10 hari sebelumnya, menurut Malmivaara, yang mengungkapkan pengendapan cairan di paru-paru sebagai salah satu gejala gagal jantung.

Flexibilitas bahan cerdas ini telah membantu penggunaannya dalam pakaian sehari-hari-- dari kaus kaki yang dilengkapi edema hingga perban pintar. Sementara data yang dikumpulkan tak hanya mencakup pemantauan denyut jantung, melainkan sebagai indikator tekanan dan pembengkakan.

Kaus kaki yang didesain oleh perusahaan Danish Ohmatex memonitor edema-- cairan yang terperangkap di balik kulit kaki, dengan secara elentronik mengukur lingkar kaki pemakainya. Adanya cairan menjadi petanda dini dari gagal jantung atau pre-eclampsia.

"Tak banyak orang yang paham dengan Edema, namun itu merupakan indikator bahwa ada kelaiann," ungkap Christian Dalsgaard, kepala petugas teknis di Ohmatex.

Agenda SmartLife selanjutnya adalah perban yang menggunakan sinyal dua arah-- keluar dan masuk untuk mengetahui seberapa jauh perban direnggangkan, serta tekanan yang diaplikasikan pada pemakaianya. Hal ini membantu petugas medis untuk memasang perban dengan aman dan lebih akurat, selain memantau pergerakan pemakai.

"Luka bisa sembuh dengan benar hanya jika dengan tekanan yang tepat," ungkap Baker.

4 dari 4 halaman

Astronot dan petugas kebakaran menjadi prioritas

Astronot dan petugas kebakaran menjadi prioritas

Pun begitu, OhMatex tak mengutamakan semua kalangan, melainkan profesi-profesi tertentu yang menantang bahaya. Seperti petugas pemadam kebakaran dan astronot.

Pada inovasi awal, perusahaan menggunakan sensor suhu pada baju tahan api, guna menghindarkan petugas dari panas berlebih dalam menjalani tugas dan kini sedang diuji di akademi pemadam kebakaran AS.

"Tekanan dari suhu panas dapat membuat petugas hilang kesadaran karena dehidrasi dan suhu yang meningkat," ungkap Dalsgaard.

Tiga sinyal digunakan untuk memonitor suhu pada bagian luar pakaian tahan panas sementara alat yang dilekatkan pada kulit memberikan peringatan kepada petugas jika tingkat kepanasan sudah terlalu tinggi.

Sementara itu yang sekarang ini dalam pengembangan oleh European Space Agency (ESA)-- adalah pakaian pintar untuk memonitor aktifitas otot dan tingkat kelelahan dalam gravitasi nol.

Astronot perlu berolahraga secara teratur saat di luar angkasa-- guna mencegah letih otot. Hal ini dikarenakan, tidak ada tenaga yang membantu tubuh mereka berfungsi sepenuhnya seperti yang mereka alami di Bumi. Jika tidak berolahraga, fungsi otot akan menurun dalam 20 sampai 30 hari, mengakibatkan mereka tidak bisa berjalan ketika kembali dari luar angkasa, menurut Dalsgaard.

Dalsgaard berharap, lini baru pakaian luar angkasa akan tampil di 'catwalk' International Space Station pada tahun 2017 mendatang. (Ikr/Rcy)

Video Terkini