Liputan6.com, Oregon - Pria bersenjata menyeruak masuk ke sebuah kelas di kampus Umpqua Community College di Roseburg, Oregon, Portland, Amerika Serikat, Kamis pukul 10.30 waktu setempat.
Pelaku serta-merta menembak dosen yang sedang mengajar. Semua orang yang ada di dalam kelas itu langsung tiarap.
Saat mengisi selongsong senapannya, si pelaku memerintahkan para murid pemeluk Kristen untuk berdiri. Demikian diungkapkan saksi mata Anastasia Boylan pada ayahnya, Stacy.
"Lalu, ia berkata, 'Baik, karena kalian pemeluk Kristen, kalian akan bertemu Tuhan sedetik lagi," kata Stacy, menirukan pernyataan putrinya, seperti dikutip dari CNN, Jumat (2/10/2015).
"Kemudian, pelaku menembak dan membunuh mereka."
Advertisement
Sementara itu, Cassandra Welding yang juga ada di lokasi kejadian mengaku mendengar suara letusan. "Mirip letusan balon," kata dia. "Saya merasa, ada sesuatu yang tak beres, jadi aku tiarap."
Semua siswa yang ada dalam kelas juga melakukan hal serupa. Tengkurap di lantai. Berlindung di balik ransel dan di bawah meja. "Kami menutup pintu, mematikan lampu. Semua panik," kata dia.
"Kami menelepon 911 juga orang tua dan orang-orang terkasih... Kami tak tahu apa yang akan terjadi, apakah itu akan menjadi kata-kata terakhir kami."
Sepuluh orang tewas dalam insiden tersebut. Kejadian ini menambah daftar penembakan massal yang terjadi di Negeri Paman Sam.
Sheriff Douglas County, John Hanlin mengatakan, tujuh orang lainnya menderita cedera dalam kejadian tersebut.
Fanatik Nazi
Pelaku penembakan diidentifikasi sebagai Chris Harper Mercer. Pria 26 tahun itu dilaporkan fanatik pad Nazi. Hal itu diketahui dari koleksi memorabilia bertema partai yang pernah dipimpin Adolf Hitler itu.
Ia juga diketahui menulis kekagumannya pada Vester Flanagan, pelaku penembakan dua jurnalis dalam sebuah siaran langsung televisi.
"Orang-orang seperti dia (Vester Flanagan) tak memiliki apa pun dalam hidup. Satu hal yang tersisa untuk dilakukan adalah menyerang masyarakat yang mengabaikannya," tulis Mercer.
Sementara itu, penegak hukum mendeskripsikan pelaku sebagai, 'pemuda penuh amarah yang hatinya sarat dengan kebencian,' demikian dilaporkan New York Times.
Mantan tetangganya di wilayah pinggiran Los Angeles menggambarkan pemuda berkacamata tersebut sebagai sosok penyendiri yang tak ramah. Mercer diketahui tinggal bersama ibunya.
Kabar tentang insiden tragis penembakan massal berembus hingga Washington DC. Presiden AS Barack Obama kembali menekankan arti penting perubahan aturan kepemilikan senjata di negerinya.
Menurut Obama, penembakan massal menjadi kian rutin di AS. "Responsku di podium seperti ini juga jadi rutin. Percakapan jadi rutin. Kita jadi mati rasa," kata Obama.
Sebelumnya, insiden penembakan massal yang menyita perhatian publik adalah pada 2012 yang dilakukan seorang pria berusia 20 tahun, Adam Lanza. Ia melepaskan tembakan di Sekolah Dasar Sandy Hook, Negara Bagian Connecticut. Sebanyak 20 siswa dan 6 orang dewasa meninggal dunia akibat ulahnya.
Adam Lanza juga menembak mati ibunya sendiri. (Ein/Tnt)*