Liputan6.com, Paris - Unjuk rasa yang dilakukan staf maskapai Air France mencapai klimaksnya. Sekitar 100 pekerja mencoba meringsek ke gedung pertemuan, di mana para manajer senior merapatkan nasib para pekerja mereka. Salah satu eksekutif diserang. Para pekerja berhasil merobek bajunya dan membuat dirinya bertelanjang dada.
Perusahaan ini akan membuat laporan kriminal setelah perbuatan para pekerjanya itu. Insiden ini terjadi di salah satu kantor pusat Air France dekat Bandara Charles de Gaulle, Paris.Â
Baca Juga
Beberapa foto memperlihatkan salah satu direktur Air France, Pierre Plissonnier, berbaju compang-camping meloncat pagar untuk menghindari massa pekerja yang kecewa dengan keputusan rencana merumahkan mereka.
Advertisement
Foto lain memperlihatkan Xavier Broseta, wakil HRD, bertelanjang dada akibat bajunya yang hilang ditarik massa.
"Saya kaget sekaligus kecewa atas serangan kepada kami. Ini bukan tipikal staf perusahaan," kata Xavier Broseta dalam keterangan media setelah insiden penarikan bajunya terjadi, seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (6/10/2015).
Tensi antara manajemen dan pekerja maskapai ini meninggi saat manajemen berencana mengurangi 2.900 pekerjaan hingga 2017. Hal ini membuat 1.700 ground staff, 900 kru kabin dan 300 pilot kehilangan pekerjaan.
Kekerasan ini pecah pukul 09.30 waktu setempat pada Senin 5 Oktober. Kala itu Serikat Pekerja Prancis mengutuk pengunjuk rasa yang brutal ini. Namun, mereka juga menyalahkan pihak manajemen yang tidak bisa mengalokasikan aspirasi pegawainya.
"Boleh saja melawan manajemen, tapi tidak dengan kekerasan seperti ini," kecam Claude Mailly dari Organisasi Workers Force. Ia pada dasarnya mengerti kekecewaan pekerja.
Perdana Menteri Prancis, Manuel Valls mengutuk perbuatan penuh skandal pekerja maskapai itu dan berjanji akan memberi penuh dukungan penyelesaian kasus ini.
[Air France](294484/ "")Â didirikan pada tahun 1933, dan pada tahun 2014 perusahaan ini melakukan merger dengan maskapai Belanda KLM untuk menciptakan maskapai 5 besar dunia.
Namun, persaingan dengan penerbangan dari Timur Tengah dan maskapai murah, membuat grup merger ini kehilangan keuntungan dan merestrukturisasi organisasi mereka hingga 1,8 juta euro.
Perusahaan ini juga berencana menutup 5 rute jauh dan menjual 14 pesawat jumbonya.
Ini bukan pertama kali pegawai maskapai pelat merah Prancis berdemonstrasi yang berujung kekerasan. Semenjak 2009 atau semenjang krisis global menerjang, beberapa bos Air France pernah disandera oleh pegawai yang marah. (Rie/Tnt)*