Liputan6.com, Teheran: Mahmoud Ahmadinejad akhirnya keluar sebagai pemenang pemilu presiden Iran dengan keunggulan yang cukup jauh dari pesaing utamanya, mantan Perdana Menteri Mir Hossein Mousavi, Sabtu (13/6). Ahmadinejad menang dengan 61,6 persen suara diikuti Mousavi dengan hanya meraup 32,5 persen suara. Hasil ini mengejutkan banyak pihak yang beranggapan pemilu akan berlangsung dua putaran.
Menanggapi hasil tersebut, Mousavi berang dan mengeluarkan kritik pedas. Ia beranggapan kemenangan Ahmadinejad ini adalah kemenangan berbahaya yang berpotensi menjadi sebuah tirani. "Saya mengingatkan saya tidak akan menyerah terhadap kemenangan berbahaya ini. Hasil ini akan meruntuhkan pilar-pilar republik islam dan akan menciptakan tirani," ucap Mousavi.
Presiden Dewan Nasional Iran-Amerika di Washington DC, Amerika Serikat, Trita Parsi turut menyayangkan kemenangan Ahmadinejad. Ia mengaku tidak percaya dengan hasil tersebut dan meyakini adanya tindak kecurangan.
Hal senada datang dari sejumlah pihak analis dari Iran dan sejumlah negara Barat. Mereka menilai terpilihnya kembali Ahmadinejad akan menyulitkan negara-negara Barat untuk menghentikan Iran yang disinyalir tengah mengerjakan proyek pembuatan bom. Kemenangan ini juga diduga akan menghambat usaha presiden AS Barack Obama dalam menggapai dunia Islam di Teheran.(ANS/Reuters)
Menanggapi hasil tersebut, Mousavi berang dan mengeluarkan kritik pedas. Ia beranggapan kemenangan Ahmadinejad ini adalah kemenangan berbahaya yang berpotensi menjadi sebuah tirani. "Saya mengingatkan saya tidak akan menyerah terhadap kemenangan berbahaya ini. Hasil ini akan meruntuhkan pilar-pilar republik islam dan akan menciptakan tirani," ucap Mousavi.
Presiden Dewan Nasional Iran-Amerika di Washington DC, Amerika Serikat, Trita Parsi turut menyayangkan kemenangan Ahmadinejad. Ia mengaku tidak percaya dengan hasil tersebut dan meyakini adanya tindak kecurangan.
Hal senada datang dari sejumlah pihak analis dari Iran dan sejumlah negara Barat. Mereka menilai terpilihnya kembali Ahmadinejad akan menyulitkan negara-negara Barat untuk menghentikan Iran yang disinyalir tengah mengerjakan proyek pembuatan bom. Kemenangan ini juga diduga akan menghambat usaha presiden AS Barack Obama dalam menggapai dunia Islam di Teheran.(ANS/Reuters)