Sukses

Melacak Kucing Liar dengan Satelit

Populasi kucing kini mengancam kelestarian mamalia kecil. Ilmuwan Australia menemukan cara melacak pergerakan kucing liar.

Liputan6.com, New South Wales - Ada dua jenis kucing. Kucing rumahan yang suka bermalas-malasan, dan kucing liar yang penuh energi dan suka berkelana.

Kucing jenis kedua sering kali ditemukan hobi bepergian jauh. Sering kita mendengar cerita kucing yang dibawa ke tempat jauh untuk dibuang kembali ke tempat tinggalnya semula.

Namun, jika ini membantu, seberapa jauh kucing bisa berkeliaran bisa dilacak dari luar angkasa, menurut studi terbaru.

Satelit belum berkembang sedemikian rupa hingga bisa mengikuti pergerakan masing-masing kucing, namun, produktivitas sebuah lansekap --diukur dari satelit pelacak vegetasi-- menentukan jangkauan kucing liar.

Ini penting, karena kucing liar merupakan predator utama bagi burung dan mamalia ukuran kecil di seluruh dunia. Studi tahun 2013 yang diterbitkan di jurnal Nature Communications mengestimasikan bahwa kucing membunuh antara 1,4 sampai 3,4 milyar burung dan 20,7 milyar mamalia kecil setiap tahunnya.

Namun kucing liar sulit dikontrol, karena masing-masing ekor bersikap berbeda, tergantung di mana mereka tinggal, menurut Andrew Bengsen, ilmuwan riset di Department of Primary Industries Vertebrate Pest Research Unit, New South Wales, Australia. Bensen adalah salah satu penyusun utama studi itu.

"Mengerti pola pergerakan kucing liar, terutama jarak mereka bepergian dari hari ke hari, penting untuk mengembangkan program kontrol efektif, yang menentukan seberapa besar area yang perlu diatur, dan seberapa intens aktifitas kontrol yang diperlukan di area tersebut," ungkap Bengsen dikutip Mashable.

2 dari 2 halaman

Melacak si meong

Melacak si meong

Melacak kucing liar memerlukan banyak biaya dan teknologi yang tidak sederhana. Kebanyakan studi bergantung pada kalung GPS, metode tenaga kerja intensif yang sulit dijangkau oleh organisasi pemerintahan dengan anggaran rendah. Ditambah lagi, jika melacak lewat GPS, para kucing liar perlu dilepas kembali, yang nantinya makin membahayakan hewan-hewan kecil.

Bengsen dan kolega pun mengumpulkan data dari satelit NASA, yang mengukur pola tetumbuhan di bumi, di mana semakin banyak tumbuhan di satu area, semakin 'produktif' pula area tersebut. Jika seberapa banyak biomasa diproduksi, semakin produktif sebuah area, semakin kaya juga dalam kehidupan.

Riset ini mengkombinasikan informasi dari luar angkasa dengan data dari 41 studi melacak dengam GPS, dengan estimasi populasi kepadatan kucing liar di 47 lokasi.

Penemuan mengungkapkan variasi jangkauan kucing liar. Ada yang sesempit 1,16 km kubik, sampai 23,24 km kubik, untuk kucing betina. Sedangkan pejantan umumnya memiliki jangkauanyang lebih luas, karena mereka bepergian mencari betina untuk dikawinkan.

Lansekap menentukan dalam penjelasan variasi tersebut. Di area produktifitas rendah seperti gurun, kucing bepergian lebih jauh. Sedangkan, untuk produktifitas tinggi seperti hutan, area mereka bepergian lebih kecil. Semakin padat populasi kucing di satu daerah semakin kecil juga jangkauannya. Perubahan musim dan pengaruhnya pada tanaman juga berpengaruh.

Mengatur para kucing

Sebagian besar lokasi yang diliput oleh studi berlokasi di Australasia, karena, di area itulah kucing liar menjadi ancaman terbesar bagi spesies setempat. Namun, periset juga memeriksa beberapa situs di Eropa dan Amerika Utara.

"Kami mengumpulkan data dari berbagai variasi tempat. Dari gurun sampai daerah sub-alpen," ungkapnya. 

"Kami percaya bahwa hubungan yang ditemukan juga relevan untuk situs serupa lainnya."

Melacak koloni kucing di perkotaan bukannya tidak mungkin dengan teknik ini. Bagaimanapun, menurut Bengsen, di perkotaan, ketergantungan kucing liar pada makanan tidak bisa diukur dengan data satelit.

Salah satu studi pada kucing liar di tahun 2015 di bagian Timur AS menemukan bahwa hewan ini lebih memilih koridor perkotaan dan halaman rumah dibanding area yang lebih luas.  Kemungkinan karena coyote berkeliaran lebih bebas di daerah liar.

Bagaimanapun, studi ini perlu memberi panduan bagi pengaturan alam liar. Untuk mengetahui kerusakan yang bisa diakibatkan oleh kucing liar di alam. (Ikr/Rie)