Liputan6.com, Inggris - Rumah Sakit St Edmund's di Northampton, Inggris, disebut-sebut sebagai RS paling seram di Inggris.
Dilansir dari Dailymail , Jumat (9/10/2015), RS St Edmund's sudah beroperasi dari tahun 1836. Awalnya, bangunan ini hanya digunakan sebagai tempat penampungan tunawisma kota Northampton. Baru pada tahun 1930 St Edmund's difungsikan sebagai rumah sakit.
Baca Juga
Namun, St Edmund's bukanlah rumah sakit biasa, melainkan rumah sakit khusus pasien sakit jiwa.
Advertisement
Setelah beroperasi selama ratusan tahun, RS St Edmund's terpaksa ditutup pada tahun 1998 silam karena tanahnya telah dibeli dan akan dijadikan pusat perbelanjaan atau restoran. Akan tetapi RS St Edmund's tidak pernah jadi dibongkar atau dibangun menjadi mall atau restoran hingga kini. Bangunannya seakan dibiarkan begitu saja dengan puing-puing serta sisa perlengkapan rumah sakit di dalamnya.
Tanpa listrik, rumah sakit St Edmund's pun tampak angker. Bangunan rumah sakit St Edmund's dikelilingi oleh pagar besi dengan tanda larangan masuk. Namun banyaknya bagian pagar yang runtuh atau berlubang membuat gedung tersebut tetap dapat dimasuki. Lebih lagi tidak ada yang berani menjaga gedung angker ini. Sehingga warga, wisatawan atau traveller yang gemar uji nyali pun sering diam-diam menyelinap dalam gedung rumah sakit St Edmund's.
Dalam rumah sakit, wisatawan akan berjalan melalui lorong-lorong yang lembab-- dari bagian kantor, hingga ruang perawatan pasien. Pengalaman menyeramkan adalah ketika traveler menaiki tangga besi rumah sakit yang gelap meskipun hari masih terang. Kondisi didalam menampakkan kursi dan bangku teronggok begitu saja-- dengan Cat dinding terkelupas dan kaca berserakan di lantai.
Meskipun tak pernah ada cerita tentang adanya penampakan hantu di rumah sakit ini, namun suasana sepi dan angker cukup membuat bulu kuduk berdiri.
Sejumlah kabar bahwa bangunan St Edmund's akan dibongkar pemerintah sempat beredar, namun perkumpulan English Heritage menolak tegas niat pemerintah. Bagi mereka, gedung St Edmund's tidak seram, tapi menyimpan banyak sejarah. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para traveller atau fotografer untuk menjelajahinya.
Selain RS St Edmund's, terdapat bangunan rumah sakit di Inggris yang juga disebut-sebut angker. Berikut dua diantaranya.
Nocton Hall Hospital
Nocton Hall awalnya adalah sebuah rumah megah sampai Perang Dunia II ketika diambil alih pasukan Amerika sebagai tempat untuk merawat tentara luka sampai Perang Teluk. Bangunan ini kemudian diterlantarkan pada 1995.
Cerita hantu yang terkenal adalah adanya suara gadis muda menangis namun tidak ada sosoknya. Legenda mengisahkan, seorang gadis yang bekerja sebagai pelayan diperkosa dan dibunuh oleh putra pemilik rumah mewah Nocton Hall.
Seiring waktu, rumah itu kemudian berubah menjadi rumah sakit Nocton Hall Hospital. Arwah sang gadis menghantui sebuah ruang khusus yang ada di rumah sakit ini. Banyak orang yang mengaku telah melihat gambar spektral muncul dalam ruangan tepat pada pukul 4:30 pagi hari.
Advertisement
Severalls Hospital
Pengobatan untuk gangguan kejiwaan seperti lobotomi dan electroshock (efek kejut listrik / terapi kejut listrik substansial ) adalah hal yang normal di Severalls Hospital. Tidak mengherankan jika rumah sakit ini disebut-sebut berhantu dan angker. Dibuka pada tahun 1913, Severalls Hospital ditutup tahun 1997. Namun tidak bagi pemburu hantu, fasilitas kamar mayat dengan rumor seringnya suara menyayat hati misterius terdengar menjadi alasan kedatangan mereka.
Royal London Hospital
Bukan temuan kuburan massal terlupakan di halaman belakang sebuah rumah sakit tua yang membuat para arkeolog tercengang, namun kerangka dalam liang kubur yang tak wajar. Punya empat kaki dan tiga lengan, diamputasi, diautopsi, tulang yang diikat.
Pada tahun 2006 silam, arkeolog dari Museum of London Archaeology menguak sejarah kelam di Royal London Hospital dan rumah sakit lainnya di Inggris. Setelah menggali 260 belulang jasad manusia dari tahun 1825 dan 1841. Dari situ terungkap bahwa para ahli bedah di awal abad ke-19 menghadapi pilihan dilematis: mengasah kemampuan mereka menggunakan jasad curian atau pada manusia hidup.
Operasi di awal tahun 1800-an adalah bisnis brutal. Bayangkan, standar perawatan patah tulang adalah amputasi, tanpa anastesi juga antiseptik. Pasien menghadapi risiko kematian akibat kehilangan banyak darah dan infeksi, bahkan jika operasi berjalan sukses. Prosedur semacam itu membutuhkan kecepatan dan presisi, yang tentu saja menuntut praktek sering. Kala itu, satu-satunya sumber legal jasad untuk praktek berasal dari kriminal yang dieksekusi, diangkut langsung dari tiang gantungan. Padahal tahun 1820 London punya empat rumah sakit utama yang juga menjadi lembaga pendidikan bedah, juga 17 sekolah anatomi swasta. Mendapatkan jasad yang memadai untuk praktek bedah adalah masalah.
Solusinya justru disediakan geng perampok makam. Komplotan yang menggali mayat dan menawarkan jasadnya demi segepok uang. Beberapa orang bahkan jadi korban pembunuhan akibat dari praktek ilegal itu. Aktivitas para penjarah kuburan menebar teror dan kebencian. Si miskin adalah yang paling rentan. Stigma mengerikan pun beredar soal praktek bedah medis, berkaitan dengan arwah gentayangan para penjahat yang dijadikan alat praktek. Juga ada kepercayaan bahwa keselamatan di hari kiamat, hanya bisa didapat jika tubuh dalam kondisi lengkap -- sehingga orang menolak bedah.
Tema-tema mengerikan itu diekplorasi secara detail di pameran yang digelar di Museum of London. Bertajuk, "Doctors, Dissection and Resurrection Men".
Kebenaran yang pahit
Kurator museum, Jelena Bekvalac mengatakan, temuan dihasilkan tahun 2006 silam punya arti sangat penting. Digabungkan dengan hasil riset tentang perdagangan mayat curian di awal abad ke-19, terungkap sebuah periode menarik dan kritis dalam sejarah London.
"Untuk kali pertamanya kami memamerkan sisa-sisa jasad manusia yang diekskavasi sekaligus menguak kisah mereka -- yang lama terlupakan namun sedemikian penting. Menjadi pengingat akan sebuah kebenaran pahit, bahwa kemajuan medis kadangkala menuntut korban manusia." Selain tengkorak para "tumbal" kemajuan dunia kedokteran, juga dipamerkan peralatan operasi kala itu. Di antaranya, gergaji tengkorak dan set alat amputasi. Juga model anatomi dari lilin karya Joseph Towne yang bekerja di Guy's Hospital lebih dari 50 tahun. (credit: Elin Yunita Kristanti)
Advertisement