Liputan6.com, Tokyo - Usia 20 punya banyak arti. Usia inilah seseorang menutup masa remaja mereka, dan di usia inilah kita mulai secara serius memikirkan apa yang kita ingin lakukan untuk masa depan.
Secara global, itulah arti usia 20. Pun begitu, ada perbedaan dalam hal budaya mengenai usia dimana seorang seharusnya tak lagi menjadi beban orangtua. Di Indonesia, seseorang tidak lagi tinggal bersama orangtua saat sudah menikah, namun, ada beberapa budaya dimana tidak perlu pernikahan untuk 'memisahkan' seorang anak dengan orangtuanya. Melainkan murni ditentukan oleh angka jumlah usia.
Baca Juga
Untuk Yuma Hasegawa, seorang pemuda asal Jepang, usia kepala dua merupakan saat dimana kedua orangtuanya menyerahkan sebuah surat, yang berisi permintaan 'resign' mereka menjadi orangtuanya.
Advertisement
お父さんとお母さんからのプレゼントいかつい。 pic.twitter.com/T3fHG3Jess
— 長谷川雄麻 (@zamayuma1004) October 4, 2015
Dilaporkan dari Mashable Minggu (11/10/2015), pada perayaan ulang tahunnya, kedua orangtua Yuma memberinya sepucuk surat. Awalnya, ia mengira itu adalah hadiah. Itu benar, namun isinya sungguh tak diduga.
Tertulis di kepala surat, "Peringatan Habisnya Masa Berlaku Layanan Mengurus Anak."
@haru28mi @gggxsss ただウケ狙っただけですよ笑 いかにもお金が入ってる空気かもし出して中身あの手紙でしたから pic.twitter.com/B7XGb6CoGB
— 長谷川雄麻 (@zamayuma1004) October 6, 2015
Dokumen itu menjelaskan, sejak Yuma kini sudah 20 tahun, usia dewasa legal di Jepang, ia harus menjadi "anggota masyarakat yang pantas dan bertanggung jawab." Salah satu kewajiban yang wajib ditunaikannya adalah membiayai hidup kedua orangtuanya.
Surat juga menjelaskan bahwa secara teknis, walau Yuma bebas menikahi siapaun yang dipilihnya, kedua orangtua mungkin akan mempersiapkan mental terlebih dahulu untuk "menerima secara emosional" pasangan yang kurang cocok dengan mereka sebelum pernikahan.
Yuma kemudian menjelaskan bahwa surat itu kurang lebih merupakan lelucon semata. Faktanya, ia sudah membayar biaya hidup orangtuanya sebelum menerima 'surat resign' mereka. (Ikr/Rie)