Liputan6.com, Kathmandu Di tengah krisis politik yang menerpa negerinya, Parlemen Nepal memilih perdana menteri baru. Ia adalah Khada Prasad Oli, yang menerima 338 dukungan suara dari total suara 597 anggota parlemen.
Pemimpin baru ini akan menghadapi masalah seperti protes masyarakat atas konstitusi baru, pembangunan kembali Nepal setelah gempa mematikan April lalu, serta kelangkaan bahan bakar.
Baca Juga
Oli didukung oleh koalisi kerajaan serta Maoist. Oli adalah PM pertama yang terpilih di bawah konstitusi baru, mengalahkan PM sebelumnya, Sushil Koirala.
Advertisement
Nepal pada 20 September lalu akhirnya memiliki konstitusi setelah dari 2008 berada di bawah konstitusi sementara.Â
Beberapa analis mengatakan, Oli yang konservatif dianggap kurang mampu menjangkau masyarakat Madhesi dari Nepal Selatan yang menentang konstitusi baru, dibanding PM Koirala, seperti dikutip dari BBC, Senin (12/10/2015)
Konstitusi baru menjadikan Nepal sebagai negara federal, tetapi Madhesi dan kelompok lain takut mereka akan terpinggirkan. Nepal telah diatur oleh konstitusi sementara sejak monarki dihapuskan pada 2008.
Sosok Pemersatu Nepal
Empat puluh lima tahun lalu Khadga Prasad Sharma Oli adalah bagian dari pemberontakan komunis kekerasan. Namun itu adalah bagian dari sejarah masa lalu. Hari ini ia adalah sosok polarisasi di Nepal dan apakah konstitusi baru itu cukup demokratis.
Meski nama partainya berbau radikal, yaitu Partai Bersatu Marxis-Leninis, pencela Oli menuduhnya ingin melanggengkan status quo dominasi kasta tinggi dalam pemerintahan.
Mereka mengatakan, oli telah mengabaikan tuntutan kelompok etnis Madhesi dan Tharu selatan yang mengklaim bahwa konstitusi baru membuat mereka terpinggirkan dan kurang terwakili.
Tapi pendukung Oli melihat keberaniannya berterus-terang membuat Oli berhasil memenangkan pemilihan. Salah satunya sikap Oli yang menuduh India berada di balik kurangnya persediaan bahan bakar di Nepal.
Media lokal Nepal Times mengutip Oli, bahwa ia akan berusaha sekuat mungkin untuk mengatasi tuntutan warga asli Madhesi, Tharus, dan banyak kelompok Nepal lainnya yang dikecualikan. Ia juga berjanji melindungi kebangsaan dan membangun kembali negerinya setelah gempa bumi.
Modern Nepal--sejak Monarki dihapus-- selalu memiliki 'perputaran' cepat perdana menteri sehingga sulit untuk memprediksi berapa lama atau berapa cepat mereka menjabat.
Sementara itu, minggu lalu, kelopok Madhesis berdemonstrasi atas krisis bahan bakar dan barang lainnya dari India. Kekurangan bahan bakar adalah masalah akut sehingga banyak kendaraan terbengkalai di jalan.
Beberapa orang di Nepal menyalahkan Delhi yang memblokade pasokan bahan bakar di perbatasan India-Nepal. Tapi India berpendapat, ketidakamanan dari aksi unjuk rasalah yang membuat truk pembawa bahan bakar dan barang-barang penting lainnya tidak bisa masuk Nepal.
Konstitusi baru yang diumumkan dua pekan lalu, memicu protes di negeri itu dan menewaskan lebih dari 40 orang. Ribuan orang kehilangan nyawa dan ribuan lainnya luka-luka saat gempa 7,8 SR dan gempa susulan mengguncang Nepal awal tahun ini. (Rie/Sun)*