Sukses

Ahmed 'Pembuat Jam yang Dikira Bom' Pindah ke Qatar?

Keluarga Ahmed mencari sebuah tempat di mana anak-anaknya dapat sekolah dan keberadaan mereka diterima dengan baik oleh sebuah negara.

Liputan6.com, Washington DC - Setelah akhirnya bertemu dengan Presiden Obama pada Selasa 20 Oktober malam waktu setempat, Ahmed Mohamed remaja berbakat pembuat jam dan keluarganya berencana meninggalkan Amerika Serikat untuk masa depan yang lebih baik.

Padahal, sekolah-sekolah dari segala penjuru AS telah menawari remaja itu pindah ke sana, setelah ia dilaporkan membawa bom -- yang ternyata adalah jam -- oleh sekolahnya SMA Irving MacArthur dan digiring ke kantor polisi, bulan lalu. Baca: Bawa Jam Buatan Tangan ke Sekolah, Bocah 14 Tahun Diborgol

Namun, tampaknya, sebuah tawaran dari Timur Tengah telah membuat keluarga itu tergoda. Keluarga Mohamed mengumumkan bahwa mereka menerima sebuah tawaran dari sebuah yayasan di Doha, Qatar untuk memberi sekolah dan kuliah gratis di Negeri Petrodolar itu. Sebelumnya, beberapa minggu lalu, ABG 14 tahun itu telah mengunjungi Doha, Qatar dan mengatakan kota itu begitu menakjubkan.

Saudara perempuannya, Eyman Mohamed, mengatakan bahwa Ahmed akan bersekolah di Akademi Doha, sementara Eyman dan lainnya akan mencari sekolah di kota yang kaya raya itu. Keluarga itu akan tinggal di daerah yang terkenal dengan nama Education City, di mana sekolah dan kampus tingkat internasional berada.

"Melihat dengan tawaran yang menakjubkan, keputusan ke Doha adalah keputusan terbaik," kata Eyman seperti dikutip dari DallasNews, Selasa 20 Oktober 2015. "Mereka bahkan punya Texas A&M di Qatar, ... pada dasarnya, miriplah Doha dengan Amerika," ujarnya lagi.

Eyman berbicara mewakili keluarga di bandara di Washington, kembali ke rumah mereka yang kecil di Irving, Texas.

Namun, mereka hanya sebentar di Irving, ujar Eyman, karena setelah itu, keluarga asal Sudan itu akan memulai hidup baru di belahan bumi yang lain.

Sebelum meninggalkan AS, Ahmed bertemu dengan para anggota Kongres AS dan meminta pemerintah federal untuk menyelidiki apakah diskriminasi anti-muslim menjadi latar belakang penangkapannya. Meski Ahmed menjadi 'pahlawan', namun ia dikritik atas pertemuannya beberapa minggu lalu dengan Omar al-Bashir, diktator negara tempat ia lahir dan seorang penjahat perang.

Harian Dallas News mengklaim bahwa mereka mendapatkan draft surat pernyataan keluarga Mohamed atas kepindahannya ke Qatar.

"Kami berterima kasih atas pengalaman dan berbagai tawaran dari AS dan negara-negara lainnya namun kami menghargai keputusan Ahmed dan pendidikannya," tulis pernyataan itu.

"Kami akan pindah ke sebuah tempat di mana anak-anak kami dapat sekolah dan belajar serta keberadaan mereka diterima dengan baik oleh sebuah negara," kata ayah Ahmed setelah dikonfirmasi kebenaran kepindahan keluarga itu keluar AS. (Rie/Ein)