Liputan6.com, Zhejiang - Seorang dosen asal Tiongkok membuat netizen naik darah.
Baru-baru ini, Xie Zuoshi, dosen di Universitas Keuangan Zhejiang, Tiongkok Timur membuat saran yang kontroversial: para bujangan di negaranya perlu berbagi istri untuk kelangsungan ekonomi.
Baca Juga
Ide ini dituliskan Xie di tulisan blog-nya, dilaporkan dari Daily Mail, 27 Oktober 2015. Tulisan tersebut merupakan respons dari perhitungan statistik dari United Nations Development Programme, yang menyatakan bahwa jumlah pria di Tiongkok akan melampaui jauh jumlah wanitanya. Pada tahun 2020, diperkirakan jumlah pria akan lebih banyak 30 juta dibanding jumlah wanita. Terima kasih, untuk kebijakan 'one child policy' di China.
Advertisement
Xie sudah menghapus tulisannya yang dinaikkan tanggal 14 Oktober lalu, namun banyak media telah menjadikannya berita.
Masalah kesenjangan jumlah gender menjadi perhatian Xie sejak beberapa lama. Ia menekankan, ketimpangan jumlah ini akan mengantarkan beberapa pria mendapat kesulitan mendapat pasangan. Dengan kata lain, banyak pria yang terancam jomblo.
Dalam postingan blog-nya, Xie menyatakan, masalah adanya 'bujang lapuk' sebagai 'masalah ekonomi yang memiliki solusi moneter'.
Prediksinya: "Pria berpendapatan tinggi akan cepat mendapat pasangan, karena mereka punya harga tinggi."
Ia melanjutkan, menawarkan solusi: "Bagaimana dengan pria berpendapatan rendah? Salah satu solusinya adalah beberapa perlu berkumpul dan mencari istri. Saya tidak hanya berandai-andai, di lokasi orang-orang miskin, ada kejadian dimana beberapa pria bersaudara berbagi istri dan mereka hidup bahagia."
Xie membenarkan, bahwa ada pilihan bagi kaum pria menolak berbagi istri: berbagai wanita dan memiliki pendamping hidup, atau jomblo seumur hidup.
Bagaimanapun, hubungan seksual tidak akan jadi masalah menurutnya. Karena, "jika harganya benar, akan selalu ada persediaan."
"Masalah seks akan selalu teratasi. Jika tidak teratasi secara legal, akan diatasi secara ilegal."
Sang dosen juga menawarkan solusi alternatif. Menurutnya, jika ekonomi Tiongkok meningkat secara signifikan, akan datang 'persediaan' wanita dari Asia Tenggara atau Afrika.
Ia juga menuturkan, jika pernikahan sesama jenis dilegalkan, masalah 'bujang lapuk' akan teratasi.
Sejak postingan itu naik, komentar yang diterima dari seluruh netizen Tiongkok selalu bernada negatif. Postingan itu juga mengundang ketidaksetujuan dari pejuang hak wanita di Tiongkok, yang menyatakan bahwa Xie seakan memandang wanita sebagai komoditas.
"Beberapa pria bisa secara publik memperdebatkan bagaimana cara mencari wanita, seakan-akan wanita itu komoditas seperti rumah atau mobil. Mengaku untuk kepentingan politik ideal, yang sesungguhnya berasal dari patriarki," ungkap Zheng Churan, salah satu aktivis menuliskan komentarnya di grup WeChat, dilaporkan dari National Post. (Ikr/Rie)
Â