Liputan6.com, Kabul - Gempa bumi yang mengguncang Afghanistan berdampak besar. Banyak terjadi kerusakan di sana, bahkan korban jiwa pun dilaporkan mencapai 300 orang.
Wilayah yang paling parah terkena dampak lindu 7,7 skala Richter (SR) itu dikuasai oleh kelompok militan Taliban. Upaya kelompok bantuan untuk menilai kerusakan terhalang oleh situasi keamanan yang tidak stabil, sehingga tak aman bagi pekerja bantuan internasional dan pasukan pemerintah.
Kendati demikian, Taliban mendesak badan-badan bantuan untuk segera memberikan bantuan darurat. Mereka juga seperti memberikan sinyal tak akan menggangu penyaluran bantuan.
Advertisement
"Emirat Islamiyah menyerukan kepada rekan senegara yang berniat baik juga organisasi kemanusiaan untuk tidak menahan pemberian penampungan, suplai obat-obatan dan makanan bagi para korban gempa," demikian pernyataan Taliban dengan menggunakan nama resmi mereka seraya berbelasungkawa kepada korban gempa, seperti dilansir Reuters, Rabu (28/10/2015).Â
"Dan perintah serupa juga diberikan kepada para mujahidin di area terdampak gempa, untuk memberikan bantuan secara penuh," tambah Taliban dalam keterangan tersebut.
"Pihak berwenang menegaskan 228 kematian di Pakistan, sementara di Afghanistan korban tewas lebih dari 80. Setidaknya 4.000 rumah dan bangunan dilaporkan hancur atau rusak," kata Chief Executive Afghanistan, Abdullah Abdullah.
Korban jiwa gempa Afghanistan bisa bertambah sebab jalur komunikasi ke desa-desa terpencil masih terpencil.
Kondisi pascagempa semakin buruk ketika musim dingin melanda pegunungan Kush yang juga terkena lindu. Ribuan orang yang kehilangan tempat tinggal terkena dampaknya.
"Kami kekurangan makanan dan bantuan lainnya," kata kepala polisi di Kunar -- salah satu provinsi paling parah di mana 42 orang dikonfirmasi tewas, Abdul Habib Sayed Khil. "Hujan mengguyur selama 4 hari dan cuaca sangat dingin."
Di Kabul, para pejabat NATO mengatakan mereka membantu pasukan keamanan operasi bantuan Afghanistan.
Sementara di Pakistan, di mana tanah longsor dan hujan lebat dan salju terjadi selama akhir pekan membuat ribuan wisatawan terdampar di daerah pegunungan di utara. Militer negara itu juga turut serta dalam memberikan bantuan.Â
Juru bicara militer Jenderal Asim Bajwa mengatakan tim penilai masih melakukan survei kerusakan dan tentara tengah bekerja membantu membuka kembali jalan raya Karakoram yang menghubungkan Pakistan ke China, setelah terblokir oleh tanah longsor.
Dua helikopter militer juga bergabung dengan misi bantuan dan pesawat khusus angkatan udara terbang ke wilayah Chitral, di mana 29 orang tewas dan lebih dari 200 lainnya luka-luka.
Gempa ini terjadi hampir 6 bulan setelah Nepal mengalami gempa terburuk yang pernah terjadi pada 25 April. Termasuk lindu susulan pada Mei yang menelan 9.000 korban jiwa dan menyebabkan 900.000 rumah rusak atau hancur.
Lindu mengguncang wilayah Afghanistan utara pada Senin 26 Oktober pukul 14.10 waktu setempat, dilaporkan berkekuatan 7,5 skala Richter. Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) sebelumnya menyebut kekuatan guncangan mencapai 7,7 SR.
"7 Gempa susulan dilaporkan terjadi dengan intensitas tremor 4,8 SR. Gempa susulan terbaru datang sebelum fajar pada hari Selasa," kata Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS).Â
Gempa bumi Afghanistan itu dilaporkan terjadi pada kedalaman 213 km dan berpusat 254 km timur laut dari Kabul.
Amerika Serikat dan Iran termasuk di antara negara-negara yang menawarkan bantuan kemanusiaan ke Afghanistan, yang sudah sangat bergantung pada bantuan asing setelah perang puluhan tahun menghancurkan ekonomi dan infrastruktur.
Di Washington, juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan Badan Pembangunan Internasional AS siap untuk memberikan tempat penampungan darurat dan pasokan bantuan.
Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif pun mengatakan paket bantuan akan diumumkan setelah kerusakan dinilai.
"Pemerintah cukup mampu untuk menyelamatkan dan merehabilitasi mereka yang terkena dampak gempa bumi, dan setiap usaha akan dilakukan untuk membantu sesama warga dalam kesulitan," kata Sharif saat berkunjung ke Distrik Shangla yang terdapat 38 orang tewas. (Tnt/Rie)