Liputan6.com, Athena - Ini temuan yang tak biasa: 22 bangkai kapal kuno ditemukan di perairan kepulauan Fourni, gugusan 13 pulau di timur Laut Aegea, Yunani.
Pada penyelaman pertama, para ahli menemukan menemukan kapal Romawi Kuno yang ditutupi rumput laut di perairan dangkal.
Dalam 5 hari penyelaman, para arkeolog menemukan bukti keberadaan 9 bangkai kapal. Dan pada hari ke-13, total 22 bahtera karam yang diketahui keberadaannya. Beberapa di antaranya berusia 2.500 tahun.
"Kami semua sungguh terkejut," kata Peter Campbell, salah satu direktur RPM Nautical Foundation yang berbasis di Amerika Serikat, seperti dikutip dari situs sains LiveScience, Kamis (29/10/2015). "Awalnya kami hanya mengharapkan 3-4 kapal."
Temuan tersebut dijumpai arkeolog di dalam area seluas 44 kilometer persegi atau hanya sekitar 5 persen dari luas keseluruhan wilayah perairan Fourni. Campbell menambahkan, tak ada yang tahu ada berapa kapal yang masih tersembunyi di sekitar kepulauan yang terletak antara Pulai Samos dan Icaria itu.
Â
Advertisement
Dalam ekspedisi tersebut, arkeolog menemukan kapal karam dari Periode Arkais atau Archaic di Yunani (700-480 SM), akhir Abad Pertengahan (Abad ke-16 Masehi). Ada yang ditemukan di perairan dangkal sedalam 3 meter, ada juga yang ditemukan pada kedalaman 55 meter.
George Koutsouflakis, direktur Ephorate of Underwater Antiquities mengatakan, sudah lama diketahui bahwa Fourni berada di rute pelayaran yang menghubungkan Yunani dengan Turki dan Timur Tengah. "Kami memang berharap menemukan sesuatu, namun hasilnya sungguh mengejutkan. Arti penting lokasi itu sudah lama diremehkan," kata dia.
Meski Fourni tak punya kota maupun pelabuhan besar, pada masa lalu ia sangat terkenal. Sumber literatur Romawi Kuno menggambarkan kepulauan itu sangat sejahtera, dihuni banyak warga, dan punya pertambangan marmer.
Mitos Siren dan Segitiga Bermuda
Temuan 22 kapal sekaligus di sekitar Kepulauan Fourni membangkitkan kembali mitos tentang Siren atau Seirenes, makhluk legendaris berwujud perempuan cantik yang menyanyikan lagu-lagu memikat hati, yang membuat para pelayar yang mendengarnya menjadi terbuai sehingga kapal mereka menabrak karang dan tenggelam.
Bahkan, sang pahlawan besar Yunani Kino, Odysseus atau Ulysses takluk dengan nyanyian itu. Ada juga yang mengaitkannya dengan mitos Segitiga Bermuda.
Segitiga Bermuda adalah garis imajiner yang menghubungkan tiga wilayah yaitu Bermuda, Puerto Riko, dan Miami di Amerika Serikat yang menjadi lokasi tenggelamnya banyak kapal dan pesawat pada Abad ke-20.
Seperti halnya Segitiga Bermuda, wilayah laut sekitar Fourni juga jadi kuburan kapal.
Baca Juga
Namun, selalu ada penjelasan ilmiah yang masuk akal.
Salah satunya, kawasan tersebut memiliki rangkaian teluk tanpa akhir, yang sama sekali tak aman bagi pelaut kuno yang membawa kapal sarat muatan. Terutama di tengah cuaca buruk.
Peter Campbell menegaskan, para arkeolog selalu waspada terkait referensi Segitiga Bermuda."Ada penjelasan ilmiah untuk fenomena seperti itu," kata dia seperti dikutip dari News.com.au.
Dan tak berarti gugusan pulau itu menyimpan bahaya. "Mengingat ada 22 bangkai kapal dari masa yang berbeda. Perbandingannya adalah 1 kecelakaan per abad. Pertaruhan yang cukup aman bagi para pelaut," kata Campbell.
"Bangkai kapal tersebut kemungkinan terperangkap badai atau mengalami kegagalan teknis, seperti kemudi rusak."
Tak hanya bangkai kapal. Arkeolog juga menemukan muatan menarik yang bertebaran di dasar laut. Komoditas-komoditas perdagangan dari masa lalu yang dipertukarkan antara Laut Hitam, Siprus, Timur Tengah, dan Mesir.
Misalnya, produk makanan, minyak zaitun, anggur, wol. "Dari barang-barang tersebut kita dapat belajar banyak tentang awak kapal, dari mana mereka berasal, bagaimana mereka hidup." Temuan tersebut menjadi jendela ke masa lalu.
Tim memutuskan untuk kembali ke Fourni, membawa peralatan lebih lengkap seperti robot bawah air dan teknologi lain, untuk menemukan lebih banyak bangkai kapal, sebelum melakukan ekskavasi bawah laut. (Ein/Rie)
Advertisement