Sukses

Bisa Ular Mematikan Ternyata Bisa Selamatkan Nyawa Manusia

Batroxobin sebetulnya juga suatu enzim dengan fungsi yang serupa dengan thrombin, tapi fungsinya tidak dihalangi oleh heparin.

Liputan6.com, Texas - Bisa ular dapat membunuh manusia dalam beberapa detik saja. Tapi sekarang racun ular malah dapat dipakai untuk menyelamatkan nyawa manusia.

Kekurangan darah yang parah dapat terjadi di medan pertempuran hingga ruang bedah di rumah sakit. Selama ini, obat pengental darah dapat membantu, tapi seringkali berbenturan dengan zat anti penggumpalan di dalam darah itu sendiri. Untuk mengatasinya, bisa ular dapat membantu.

Jeffrey Hartgenik, seorang ahli kimia dari Rice University menceritakan tentang temuan ini, “Menarik sekali melihat suatu zat yang sangat mematikan tapi kemudian bisa dipakai untuk menjadi zat yang berpotensi menyelamatkan nyawa.”

Menakjubkan, bagaimana caranya?

Jeffrey Hartgenik dan timnya mengembangkan hidrogel serat nano (nanofiber) yang diberi kandungan batroxobin, suatu bisa yang ada pada dua jenis ular di Amerika Selatan.

Kemampuan batroxobin untuk menggumpalkan darah terungkap pada tahun 1936 dan sejak saat itu bisa itu telah dipakai untuk menyembuhkan thrombosis dan mengendalikan pendarahan dalam pembedahan.

Sifat penggumpalan darah itu memang sudah lama diketahui, namun ketika dikombinasikan dengan suatu proyek jangka panjang di Rice University, muncullah sejumlah kemungkinan penerapan baru.

Sudah sekian lamanya para peneliti di Rice University menjajal perban hidrogel yang dapat disuntikkan yang terbuat dari rantai peptid untuk meniru proses alamiah menutupnya luka pada jaringan tubuh.

Baxtrobin yang dipakai dalam penelitian ini bukan diambil langsung dari ular hidup, tapi dihasilkan dari bakteri yang dimodifikasi secara genetik. Hasilnya kemudian dimurnikan untuk menyingkirkan racun-racun berbahaya lainnya.

Setelah pencampuran baxtrobin dan serat nano untuk kemudian dimasukkan dalam jarum suntik, para ilmuwan pun mendapatkan cairan yang dapat disuntikkan, yang dinamai SB50.

Ujian yang dilakukan menunjukkan bahwa ketika cairan itu disuntikkan di tempat luka, serat-serat nano yang masuk menyusun diri menjadi gel dan pendarahannya berhenti dalam waktu 6 detik saja!

Ketika lukanya dicuil beberapa menit sesudahnya, tidak ada luka yang membuka kembali.

Salah satu hal yang diatasi oleh hidrogel itu adalah ketika digunakan oleh pasien yang meminum obat antipembekuan darah, heparin. Obat tersebut menghalangi enzim thrombin yang bertugas dalam penggumpalan alamiah untuk mencegah kekurangan darah.

Kata ahli kimia itu, “Batroxobin sebetulnya juga suatu enzim dengan fungsi yang serupa dengan thrombin, tapi fungsinya tidak dihalangi oleh heparin.”

Lanjutnya, “Hal ini penting, karena pendarahan bedah pada pasien yang meminum heparin dapat menjadi persoalan serius. Penggunaan batroxobin memungkinkan kita untuk mengatasi masalah ini karena penggumpalan darah terjadi dengan segera, tanpa peduli apakah heparin ada ataupun tidak.”

Sebagai catatan, batroxobin sudah mendapatkan persetujuan penggunaan dari yang berwenang urusan makanan dan obat di AS, Food and Drug Administration (FDA). Namun demikian, hidrogel baru temuan Rice University belum disetujui. Menurut para peneliti itu, masih ada serangkaian ujian selama beberapa tahun sebelum zat baru itu oleh dipakai dalam pemakaian klinis.

Temuan penelitian ini sudah diterbitkan dalam jurnal ACS Biomaterials Science and Engineering. (Alx/Ein)