Sukses

Kisah 5 Orang Modern yang Hidup 'Jadul'

Inilah kisah orang-orang yang 'lahir di era yang salah', dan berupaya untuk 'kembali ke masa lalu'

Liputan6.com, Jakarta - Pasangan Gabriel dan Sarah Chrisman keduanya lahir dan tumbuh besar di abad 20. Namun, dalam keseharian, mereka bepergian dengan sepeda roda besar ala era Victorian, dan mengenakan pakaian yang dijahit tangan, persis seperti orang-orang yang hidup di pertengahan dan akhir abad 19.

Mereka merupakan contoh orang-orang yang hidup di 'era yang salah'.

Tak hanya pasangan Chrisman-- masih banyak orang yang meski lahir di abad 20, bisa mencicipi perkembangan teknologi era kini seperti smartphone dan microwave, namun memilih berpakaian dari era yang berbeda, mengelilingi diri mereka dengan keadaan 'jadul', hingga mengikuti gaya hidupnya.

Sebagian dari kita mungkin tidak bisa membayangkan. Sebagian lagi, mungkin termasuk yang senang meromantisasi masa lalu dan ingin turut mencobanya.

Dikutip dari Oddee, Rabu (4/11/2015), inilah 5 orang yang menerapkan gaya hidup jadul dalam kesehariannya!

2 dari 6 halaman

Keluarga yang terjebak di tahun 50-an

Keluarga yang terjebak di tahun 50-an

Keluarga Keenan asal Sydney hidup, makan, dan bernafas di tahun 50-an. Selain pakaian mereka yang meniru gaya era pin-up girl tersebut, rumah mereka pun dihiasi peralatan dan perabot rumah dari tahun 50-an, yang sudah berusia lebih dari 60 tahun.

Kecintaan terhadap dekade 50'an sudah diterapkan ibu dua anak Pixie Keenan (46) sejak 30 tahun lalu. Ia masih berusia enam tahun saat orangtuanya mengajak nonton konser Elvis Presley di Las Vegas-- sedikit diketahui, itulah asal mula obsesinya terhadap era 50'an.

Dalam menafkahi keluarga, Pixie punya bisnis yang juga bertemakan 50'an. Ia membuka Boogie Bop Dames, tempat mengajar kelas kepribadian, dan pelatihan tata rambut dan rias, serta studio foto dimana ia mengajar berdandan ala 50'an kepada klien-nya.

Suaminya, Aaron (37), yang bergaya dengan rambut retro merupakan vokalis dari band aliran rockabilly bernama No Brakes.

Sebagai rekreasi keluarga, mereka mengunjungi drive-in setempat atau makan di diner yang juga bertemakan 50'an.

"Tak ada yang lebih baik untuk pergi ke drive-in bersama keluarga. Anda pergi ke diner, dan makan hot dog. Sangat Amerika-- dan duduk di mobil menonton film bersama keluarga sangat menyenangkan," ungkapnya.

3 dari 6 halaman

Musisi yang hidup di era jazz

Musisi yang hidup di era jazz

Michael Arenella, musisi jazz berusia 37 tahun dan pentolan band dari Brooklyn ini, terlihat seperti baru tiba dari perjalanan menembus waktu.
Sebagai musisi, setiap musim panas Michael menjadi tuan rumah Jazz Age Lawn Party di Governors Island. Selain menyanyi, Michael juga bermain alat musik trompet dam memimpin orkestra.

Selain mempelajari lebih mendalam terhadap musik pada era 20'an dan awal 30'an, upaya menghidupkan era Jazz diterapkan Michael terhadap penampilan sehari-harinya. Ia mengenakan topi, dasi, dan cuff links layaknya pria yang hidup di era tersebut-- ia juga memiliki potongan rambut yang sesuai.

Saat bermusik, Michael menggunakan alat dari era tersebut, seperti megafon dan mikrofon kuno. Sementara transportasi sehari-hari, ia berkendara di mobil produksi era yang 'dihuni'nya, seperti Buick 1930 merah bernama Cherry.

Merekreasi era juga dilakukan Michael dalam musiknya, ia selalu ingin mewujudkan pula nuansa era jadul dalam performa dan lagunya. Ia mentranskrip lagu-lagunya dari rekaman ke skema orkestra sejak dekade lalu.

4 dari 6 halaman

"Victorian yang masih hidup"

Pria London yang menyebut diri "Victorian yang masih hidup"

Menggambarkan dirinya sebagai "Victorian yang masih hidup". Ray Frensham mengaku merasa terputus dari dunia modern.

Ray memiliki latar belakang bisnis musik, dan pernah bekerja sebagai penulis skrip dan dosen, namun kini, ia dikenal sebagai pria Victorian modern.

Ia bekerja sebagai koordinator London Victorian Strollers, grup yang berjalan di sekitar kota dengan mengenakan pakaian ala era Victorian. Beruntung, mereka selalu mendapat reaksi positif dari warga, khususnya turis.

Mengenakan dasi kupu-kupu dan melihat dunia dari kacamata monokel merupakan ciri khas-nya. Ray menekankan bahwa gaya hidup ini bukan personifikasi, namun caranya memilih hidup.

"Ini terasa alami untuk saya, dan saya tidak peduli apa yang orang lain katakan atau pikirkan," ucapnya.

Ray tinggal di luar kota London, namun ia sering berkunjung untuk mengambil setelan buatan penjahit yang dipesannya.

5 dari 6 halaman

Pria yang mengubah rumahnya menjadi sesuai era Depresi

Pria yang mengubah rumahnya menjadi sesuai era Depresi

Sudah jelas, Era Depresi yang melanda di tahun 30'an bukan masa paling jaya dalam sejarah.

Namun Aaron Whiteside, seorang pria yang tinggal di Blackpool, menata dan mendekorasi kediamannya sesuai dengan rumah di era tersebut.

Aaron menyukai dekade tersebut sejak masih anak-anak. Ia pun memenuhi tempat tinggalnya dengan perabotan dan dekorasi era 30'an, termasuk gambar-gambar deco, memorabilia semasa perang, bahkan perapian rumahnya dinyalakan seperti masa sebelum perang, dengan arang.

Ia membeli rumahnya seharga 80.000 euro, delapan tahun lalu dan masih bekerja memperindah rumahnya dengan pernak-pernik era depresi.

Untuk mendapat benda-benda di era tersebut dengan harga terbaik, Aaron mengunjungi pasar loak, penjualan estate, dan eBay. Ia kini berencana mengecat bagian depan rumah dan menanam kembali kebun untuk mencapai visi memiliki rumah kuno yang sempurna.

6 dari 6 halaman

Wanita yang hidup di rumah ala "Mad Men"

Wanita yang hidup di rumah ala "Mad Men"

Ursula Forbush, wanita Bristol berusia 48 tahun, mengaku jatuh cinta dengan era 60'an sejak tahun 80, saat masih berusia 20'an.

Merasa tidak terkesan dengan musik di era tersebut, Ursula membongkar koleksi rekaman milik ibunya, dan jatuh cinta dengan The Beatles dan Rolling Stones. Dari situlah, obsesinya dengan era 60-an berawal.

Ia menemukan dirinya menelusuri pasar loak untuk pakaian gaya vintage, dan pada saat ia membeli rumah pertamanya, ia menghiasnya dengan dekorasi 60-an.
Walau tidak menyukai teknologi modern, Ursula menyadari ada saatnya ia perlu yang praktis. Ia punya mesin cuci modern karena tidak ada tempat untuk model kuno. TV-nya pun model modern.

Pun begitu, ia tinggal se-autentik mungkin dengan dekade 60'an, dan selalu gembira saat pulang ke rumah, satu-satunya tempat yang dianggap sebagai tempat anti stres "gelembung 60'an". (Ikr/Rcy)