Liputan6.com, Kairo - Penyelidikan terhadap pesawat jatuh Rusia di Semenanjung Sinai, Mesir, tengah dilakukan. Menurut informasi intelijen, ada kemungkinan kecelakaan itu disebabkan oleh bom. Demikian disampaikan pemerintah Amerika Serikat dan Inggris.
Kendati demikian, mereka mengaku belum mencapai kesimpulan akhir terkait kecelakaan pesawat tersebut. Ahli Rusia juga mengatakan masih terlalu dini untuk menyimpulkan penyebabnya.
"Kami menyimpulkan ada kemungkinan signifikan bahwa kecelakaan itu disebabkan bahan peledak di dalam pesawat," kata Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond setelah pertemuan komite tanggap darurat pada Rabu, 4 Oktober 2015 malam yang dikutip dari BBC, Kamis (5/11/2015).
Advertisement
Hammond juga menuturkan pemerintah Inggris telah menangguhkan semua penerbangan dari negaranya  dan ke Sharm el-Sheikh tanpa batas waktu. Warga Inggris di sana akan dibantu pulang menyusul diterapkannya berbagai langkah keamanan ketat.
Langkah itu muncul selama kunjungan Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi ke Inggris. Masalah keamanan dan kecelakaan pesawat Sinai diperkirakan akan dibahas dalam pertemuan antara pemimpin Inggris dan Sisi pada Kamis ini.
Sebelumnya, kantor Perdana Menteri David Cameron mengatakan pakar penerbangan Inggris telah dikirim ke Sharm el-Sheikh untuk menilai situasi keamanan di sana.
Baca Juga
Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry menyebut respons Inggris terhadap keberadaan bom di pesawat itu prematur dan tidak beralasan.
Sebelumnya, kantor Perdana Menteri Inggris David Cameron mengatakan pakar penerbangan Inggris telah dikirim ke Sharm el-Sheikh untuk menilai situasi keamanan di sana. Pemerintah Inggris saat ini sedang menerima lawatan Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi.
Pada Rabu, pemerintah Mesir juga mengatakan bahwa perekam suara kokpit dari Metrojet Airbus 321 rusak parah dalam kecelakaan itu. "Namun kami berhasil mengambil informasi dari perekam data penerbangan yang siap untuk dianalisis," ucap Menteri Penerbangan Sipil Mesir Mohamed Hossam Kamal.
Pesawat terbang menuju St Petersburg, Rusia, itu jatuh di Semenanjung Sinai, Mesir, 23 menit setelah lepas landas dari Sharm el-Sheikh pada Sabtu, 31 Oktober. Mayoritas korban dalam pesawat maskapai penerbangan Rusia Kogalymavia adalah warga negara Rusia.
Sejauh ini kelompok militan ISIS mengklaim menjadi dalang peristiwa pesawat Rusia jatuh. Mesir menepis pengakuan tersebut dengan menyebutnya sebagai propaganda. Namun hal itu dibantah oleh pihak AS.
"Bom merupakan skenario yang sangat mungkin," kata pejabat AS lainnya. "Tapi mereka menekankan bahwa bukti forensik, termasuk perekam penerbangan, masih dianalisis."
Pada Selasa, 3 Oktober, media AS melaporkan satelit militer mendeteksi kilatan panas di atas Semenanjung Sinai saat kecelakaan terjadi. Selain bom, pijar panas itu bisa saja disebabkan oleh ledakan tangki bahan bakar atau mesin. Kemungkinan itu saat ini masih dianalisis. (Tnt/Rie)**