Liputan6.com, Jakarta Dua bulan lalu, seorang pria bernama Esme Weijun Wang pingsan dalam penerbangan pulang ke San Fransisco. Dokter saat itu tidak mengetahui penyebabnya. Hari ini, Wang mengaku pada saat itu ia tidak pingsan, melainkan mati, dan kini bangkit sebagai mayat hidup.
Dilaporkan dari Washington Post, Wang kemudian meyakini bahwa suami dan anjingnya juga sudah tidak bernyawa. Hari-hari berlalu, Wang kehilangan hasrat untuk bekerja, bicara, dan makan.Â
Baca Juga
Namun, Wang masih bernapas dan bernyawa dengan fisik yang sehat. Ia mengidap Cotard's syndrome (sindrom Cotard's), penyakit mental yang juga disebut 'sindrom mayat hidup'. Kondisi ini membuatnya berdelusi bahwa ia sudah meninggal dan berubah menjadi mayat hidup.Â
Advertisement
Penyakit ini mendapat namanya dari Jules Cotard, neurologis Prancis yang pertama kali mendiagnosis pasien wanita yang percaya dirinya sudah meninggal dunia.Â
Mengerikan memang, tapi penyakit ini nyata. Banyak pasien datang ke dokter mengatakan bahwa otak mereka sudah mati, organ tubuh mereka membusuk, atau jantung mereka tidak berdegup. Ironisnya, penyakit ini bisa berujung fatal jika tidak segera ditangani. Karena jika pasien percaya mereka sudah mati, mereka tidak akan berusaha untuk bertahan hidup, dan berhenti melakukan kegiatan manusia seperti makan, tidur, atau menjaga kebersihan tubuh.
Michael Birnbaum, MD mengungkapkan, seperti dikutip Your Tango, Kamis (5/11/2015), "Saya pernah menemukan sejumlah pasien yang merasa dirinya sudah mati, mereka hidup entah di surga atau neraka dan tubuh mereka sudah tidak berfungsi. Seorang pasien pernah mengeluhkan organ tubuh mereka sudah mati, liver mereka sudah tidak bekerja, dan mengalami pembusukan dari dalam."
Apa yang menyebabkan mereka berdelusi? Hal yang membuat mereka percaya bahwa mereka zombie, dengan organ busuk dan otak mati, meski tak berhasrat makan daging manusia? Menurut Birnbaum, penyakit ini terkait dengan dua kondisi psikotik, yakni pemikiran dan emosi seseorang terganggu membuat mereka tidak sinkron dengan kenyataan.
"Cotard's sering diasosiasikan dengan skizofrenia, di mana seorang bergumul dengan pengalaman psikotik, seperti mendengar suara-suara yang tidak didengar orang lain dan memiliki kepercayaan tidak biasa. Sindrom Cotard's juga ditemukan pada orang-orang dengan depresi parah."
Penyakit ini bisa sembuh dengan perawatan yang memadai. Menurut Birnbaum, diperlukan dukungan emosional cukup untuk mendorong pasien memiliki harapan, serta didampingi pengobatan. (Ikr/Rcy)*