Liputan6.com, Washington DC - Rusia ternyata baru saja selesai melakukan latihan peluncuran misil pada minggu lalu. Bukan main-main, Negeri Beruang Merah itu berlatih dengan jumlah misil skala besar, termasuk di antaranya misil dengan jangkauan paling jauh serta balistik jarak pendek dan rudal penjelajah.
Hal tersebut dikemukakan oleh pihak dinas intelijen Angkatan Laut AS. Sementara itu, Komando Strategis AS juga melakukan pelatihan yang sama, tetapi tanpa meledakkan satu misil pun.
Biasanya AS selalu memonitor setiap latihan yang dilakukan Rusia. Penemuan mata-mata tersebut mengatakan kegiatan tersebut luar biasa besar dibandingkan dengan biasanya.
Advertisement
Seorang pejabat pertahanan AS mengatakan latihan perang Rusia melibatkan penembakan SS-N-18 kapal selam yang mampu meluncurkan rudal balistik atau SLBM, lalu jenis SS-N-23 SLBM, rudal balistik darat SS-25, dan kalibr baru SSN-30A--kapal yang mampu melontarkan rudal dalam jarak jauh.
Rusia juga dilaporkan telah menembakkan sebuah rudal jelajah udara pada 30 Oktober.
Kalibr adalah kapal pembawa rudal darat jelajah jarak menengah yang pertama kali digunakan oleh Rusia dalam pertempuran di Suriah melawan pasukan pemberontak bulan lalu.
"Secara umum, hasil dari latihan menunjukkan kesiapan tempur tinggi, kekuatan nuklir strategis, dan presisi luar biasa untuk senjata jarak jauh," kata Jenderal Sergey Shoigu, Menteri Pertahanan Rusia, pada Selasa, 4 November menurut kantor berita yang dikelola negara, Itar-Tass.
Mark Schneider, mantan pejabat kekuatan nuklir Pentagon, mengatakan meskipun Kementerian Pertahanan Rusia menggambarkan latihan sebagai rutinitas yang terlihat tidak seperti itu. Tidak seperti biasanya peluncuran rudal dilakukan oleh pasukan darat, kapal selam, dan pengebom strategis.
"Secara keseluruhan, mereka lebih rahasia dibanding masa lalu tentang latihan itu," kata Schneider.
"Terlihat dari cara penyampaian yang dilakukan oleh kementerian pertahanan Rusia dan bukan oleh Kremlin serta rincian lebih sedikit," ujarnya, seperti dilansir dari Business Insider, Jumat (6/11/2015)
Sebuah pernyataan kementerian pertahanan Rusia mengatakan latihan diperuntukkan untuk keandalan penyampaian perintah tempur dan sinyal seluruh komando dan kontrol vertikal, dari pusat kendali pertahanan nasional Rusia ke pos komando dan unit militer.
Pasukan Rusia yang terlibat pelatihan antara lain unit Pasukan Strategis Rudal, Armada Utara dan Pasifik, Armada Laut Kaspia, dan penerbangan-penerbangan jangka panjang lainnya.
Senjata Jarak Jauh dengan Presisi Tinggi
Dalam latihan tersebut, SS-25 ditembakkan dari tempat peluncuran Plesetsk sekitar 500 mil utara dari Moskow. Rudal kapal selam ditembakkan dari Laut Barents dekat Norwegia dan Laut Okhotsk di Pasifik.
Sementara kapal perang di Kaspia meluncurkan rudal jelajah Kalibr di target pelatihan dan Tu-160 Blackjack. Kapal pengebomnya menembakkan rudal jelajah pada rentang sasaran di timur laut Rusia dan di Semenanjung Kamchatka di timur jauh Rusia.
Rudal jelajah jarak pendek Iskander diluncurkan ke sasaran di Kapustin Yar kisaran dekat perbatasan dengan Kazakhstan.
Schneider mengatakan penggunaan rudal jelajah jarak jauh, termasuk Kalibr, baru untuk Rusia. Selain itu, rudal strategis yang ternyata juga barang baru dan dianggap ketat secara konvensional adalah R-500.
"Penggunaan rudal dalam latihan nuklir cenderung memamerkan bahwa nuklir Rusia mampu (di bidang militer)," kata Schneider.
Schneider mengungkapkan, R-500 dikabarkan memiliki jangkauan 620 mil atau lebih, sehingga memungkinkan telah melanggar perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty (INF) tentang rentang nuklir yang dibuat pada 1987.
"Jika itu adalah senjata jarak jauh dengan presisi tinggi seperti Rusia katakan, itu jelas akan melanggar Perjanjian INF," kata Schneider.
"Pemerintahan Obama belum mencapai keputusan bahwa Rusia telah melanggar perjanjian INF. Namun susah untuk tidak dikatakan bahwa memang benar Rusia telah melanggar," ujarnya. Selain itu, ada tekanan dari Kongres untuk membuat pernyataan pelanggaran oleh Moskow.
Sementara itu, Komando Strategis AS akan segera memulai latihan nuklir tahunan yang disebut Global Thunder 2016 pada Senin, 9 November mendatang.
"Kemampuan Amerika Serikat adalah mempertahankan penangkal nuklir yang aman, efektif, dan kredibel. Itu adalah dasar untuk keamanan nasional kami serta memberikan kontribusi untuk keamanan sekutu dan mitra kami," kata Laksamana Cecil Haney D, komandan komando strategis, dalam sebuah pernyataan.
"Latihan ini dan fokus kami untuk mempertahankan kemampuan adalah kunci dan keterampilan serta memastikan pasukan AS strategis Stratcom tetap siap siaga," ujar pernyataaan itu
Latihan diadakan dengan AS-Kanada Amerika Utara dilakukan di beberapa lokasi di Amerika Utara.
"Berbeda dengan Rusia yang melakukan latihan seperti bermain perang, rincian latihan AS-Kanada dilakukan secara rahasia," kata juru bicara Stratcom.
Angkatan Udara Mayor Matthew Miller, juru bicara Stratcom, menolak untuk menentukan lokasi latihan.
"Sebagai soal kebijakan, kami tidak membahas rincian operasi tertentu yang terkait dengan latihan," katanya. Namun, latihan kali tersebut fokus pada ketahanan cyber, luar angkasa, kemampuan mata-mata, serangan global serta pengujian balistik misil. (Rie/Tnt)**