Liputan6.com, Paris - Peristiwa mengerikan baru saja terjadi di pusat Kota Paris, Prancis, pada Jumat, 14 November 2015 malam waktu setempat. Setidaknya ada 140 orang tewas dalam aksi penembakan dan bom bunuh diri yang dilakukan teroris.
Korban tewas paling banyak saat aksi penembakan di gedung konser Bataclan, tempat band asal Amerika Serikat, Eagles of Death Metal, bermain di depan penonton yang penuh sesak.
"Itu pembantaian," kata Marc Coupris (57), yang masih gemetar setelah dibebaskan dari dalam Bataclan seperti dikutip The Guardian, Sabtu (14/11/2015).
"Ini tampak seperti medan perang. Ada darah di mana-mana, ada mayat di mana-mana. Aku berada di sisi yang jauh dari lorong saat pengambilan gambar dimulai. Tampaknya ada setidaknya 2 orang bersenjata. Mereka menembak dari balkon," kata Coupris lagi.
Saat kejadian itu, Coupris mengatakan semua orang tertungkup di tanah. Bahkan, dia dan banyak orang lainnya ada di tanah dan ada pula yang berada di dinding. "Kami terus seperti itu. Awalnya kami diam. Saya tidak tahu berapa lama kita tinggal seperti itu, tampaknya seperti selamanya," ujar Coupris.
Sementara korban lainnya mengatakan, "Itu mengerikan, ada begitu banyak mayat, saya tidak bisa bicara tentang itu," kata seorang pria berjanggut sambil berlari menyusuri jalan dari Bataclan.
Stasiun TV Prancis BFMTV mengatakan orang-orang bersenjata yang menyerang Bataclan telah berteriak "Ini untuk Suriah," sebelum melepaskan tembakan.
Seorang saksi bernama Anna, yang tinggal dekat Bataclan, mengatakan mereka mendengar tembakan. Dengan suara gemetar dia mengatakan kepada BFMTV, "Kami melihat orang-orang berjalan dan orang-orang dengan senjata. Seluruh daerah tertutup. Kami tidak tahu apa yang terjadi di sini. Oh my God ada tubuh. Ini mengerikan."
Sementara saksi mata lainnya, di Rue de Charonne, pelanggan di restoran Carillon, mendengar ledakan sekitar 09.20 waktu setempat. Dia sempat mengira itu adalah petasan.
Para saksi mata mengatakan seorang pria kemudian muncul dan melepaskan tembakan pertama di bar dan kedua di sebuah restoran Kamboja, Petit Cambodge. Teroris itu kemudian dilaporkan telah memasuki Le Carillon dan melepaskan banyak tembakan.
Presiden Francois Hollande menghadiri pertandingan sepak bola di Stade de France ketika serangan dimulai. Dia kemudian bergegas kembali ke Kementerian Dalam Negeri untuk membahas serangan ini dengan Perdana Menteri Manuel Valls dan Menteri Dalam Negeri Bernard Cazeneuve dan kemudian dilakukan rapat kabinet darurat. (Nil/Ado)**