Liputan6.com, Paris - Presiden Prancis Francois Hollande berjanji untuk menghancurkan kelompok ISIS, setelah serangkaian serangan di Paris pada Jumat malam 13 November 2015 waktu setempat.
"Prancis akan menggencarkan pengeboman udara dengan sasaran ISIS di Suriah dan Irak," ucap Presiden Hollande dalam pidato di parlemen Senin 16 November yang dikutip dari BBC, Selasa (17/11/2015).
Dalam sambutannya, Hollande menegaskan penentangannya terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad yang masih berkuasa, tetapi menurutnya musuh utama di Suriah adalah Daesh (ISIS). Dia pun berjanji akan mengerahkan lebih banyak sumber daya untuk pasukan keamanan, bahkan melibatkan kapal induk Charles de Gaulle yang akan dikirim pada 19 November.
Advertisement
Sejauh ini pemerintah Paris berencana merekrut 2.000 polisi tambahan dan mungkin akan mengubah konstitusi untuk memberi wewenang lebih besar kepada kepolisian. Menurutnya, undang-undang dasar perlu diamandemen. "Karena kita memerlukan alat memadai yang dapat digunakan tanpa harus menetapkan negara dalam keadaan darurat," jelasnya.
Presiden Francois Hollande juga mengatakan parlemen akan diminta untuk memperpanjang status keadaan darurat selama 3 bulan, setelah diberlakukan menyusul serangan yang menewaskan 129 orang.
Sementara itu, penyelidikan serangan di Paris dilaporkan dipusatkan pada seorang warga Belgia keturunan Maroko sebagai kemungkinan otak serangan. Ia adalah Abdelhamid Abaaoud, pria 27 tahun yang tinggal di kawasan sama dengan dua pelaku serangan di Brussels.
Para pejabat keamanan mengatakan ia sekarang ada di Suriah bersama ISIS.
Hollande juga mengatakan ia akan menemui Presiden AS Barack Obama dan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam beberapa hari mendatang, untuk membahas tindakan terhadap militan tersebut.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS John Kerry tiba lebih di Paris pada Senin 16 November malam. Kedatangannya untuk menunjukkan dukungan terhadap teman lama Amerika melawan kelompok yang disebutnya sebagai 'psychopathic monsters'.
Pada pertemuan puncak G20 di Turki, para pemimpin dunia juga berjanji ketat kerjasama terkait pencegahan serangan seperti yang terjadi pada teror Paris. Obama mengatakan AS dan Prancis telah membuat kesepakatan baru untuk berbagi intelijen, tetapi mengatakan penasihat militer AS pikir mengirimkan pasukan darat untuk memerangi ISIS justru akan menjadi suatu kesalahan.
Sebelumnya pada Minggu 15 November malam, pesawat Prancis dilaporkan menyerang Raqqa, kubu ISIS di Suriah. Pejabat negeri itu mengatakan 10 jet telah menjatuhkan 20 bom yang menyasara markas militan tersebut termasuk pusat komando, rekrutmen, depot amunisi dan sebuah kamp pelatihan.
Namun ISIS mengeluarkan pernyataan yang mengatakan serangan itu mengenai lokasi kosong dan tidak ada korban.
(Tnt)