Liputan6.com, Jakarta - Ancaman penggunaan nuklir dalam konflik menjadi salah satu hal yang disorot Dubes Korea Selatan (Korsel) untuk Indonesia, Cho Taiyoung. Ia berharap ke depan tak ada lagi penggunaan senjata berbahaya tersebut.
"Kami minta Korea Utara (Korut) menghentikan pembangunan persenjataan nuklir," ucap Dubes Cho saat berkunjung ke kantor redaksi Liputan6.com di SCTV Tower, Jakarta Pusat, Rabu (18/11/2015). "(Senjata) nuklir adalah mimpi buruk."
Dubes Korsel juga berharap Indonesia sebagai negara yang bersahabat baik dengan Korsel maupun Korut bisa menjadi penengah sekaligus ikut berperan mencegah potensi penggunaan senjata nuklir dalam konflik di Semenanjung Korea.
Advertisement
Cho, yang pernah menjadi wakil khusus untuk urusan perdamaian dan keamanan Semenanjung Korea, berharap impian reunifikasi antara Korsel dan Korut bisa terwujud.
"Tujuan kami memang untuk reunifikasi dengan Korut. Kami adalah satu-satunya negara di dunia yang masih terpisah," ucapnya.
Dubes menambahkan ia berharap Korut membuka diri pada komunitas internasional, yakni untuk menjadi teman, bukan lawan.
Dua Korea secara teknis masih berperang setelah konflik dalam Perang Korea 1950-1953 dihentikan lewat gencatan senjata, bukan perjanjian damai. Sejak itu hubungan Korsel dan Korut diwarnai pasang surut.
Peristiwa langka terjadi pada Oktober 2014. Kala itu 3 pejabat senior Korea Utara bertamu ke Korea Selatan untuk menghadiri upacara penutupan Asian Games.
Juga saat dua Korsel dan Korut berlaga sebagai satu kontingen dalam pembukaan olimpiade tahun 2000 di Sydney, Australia. Kala itu kedua negara membawa bendera baru yang menggambarkan persatuan Semenanjung Korea.
Namun berkali-kali ketegangan muncul. Korut telah beberapa kali melakukan uji coba nuklirnya. Pada Februari 2013, negeri yang dipimpin Kim Jong-un itu telah melakukan uji coba nuklir ketiga. Sebelumnya aksi serupa juga pernah dilakukan pada 2006 dan 2009.
Korut juga mengklaim telah mengaktifkan reaktor nuklir di Yongbon. Reaktor tersebut merupakan sumber dari plutonium yang digunakan untuk pengembangan senjata nuklir pihak Pyongyang. (Tnt/Ein)**