Sukses

Buru Pelaku Teror Paris, Polisi Justru Kena Tembak

Polisi Prancis gelar operasi pencarian buronan teroris sebanyak 60 kali. 23 orang ditangkap dan 31 senjata ditemukan.

Liputan6.com, Paris - Pihak kepolisian Prancis tengah melakukan perburuan pelaku teror yang menyebabkan 129 orang tewas di Paris pada Jumat malam 13 November 2015. Kali ini penggerebekan terjadi di sebuah rumah di Saint-Denis, pinggiran utara Paris.

Salah seorang saksi mata mengatakan bahwa operasi itu dimulai pada Rabu (18/11/2015) pukul 04.30 pagi waktu setempat. Tak beberapa lama, pada pukul 05.00, terdengar suara tembak-menembak. Saksi mata yang lain mengatakan bahwa salah seorang polisi terluka.

Televisi BFMTV afiliasi CNN melaporkan bahwa polisi itu terluka tembak saat menggerebek sebuah rumah di mana mereka mencurigai pelaku teror Paris berada di situ.

Polisi tidak mau mengkonfirmasikan operasi itu, demikian seperti dilansir CNN.

Menurut ABCNews, pihak keamanan Prancis telah melakukan operasi pencarian burnonan teroris lebih dari 60 kali. Lebih dari 23 orang ditangkap, 104 manusia dikenai tahanan rumah. Tak hanya itu, polisi menemukan 31 senjata dalam operasinya.

Otoritas mengatakan kini mereka tengah mengejar Salah Abdeslam salah seorang pelaku teror Paris juga kakak dari salah satu bomber bunuh diri. Bersama Salah, ada 2 orang lagi yang dicurgai sebagai pelaku teroris.

Kakak Salah, Mohamed Abdeslam yang sempat ditahan pihak keamanan sesaat setelah teror terjadi,  mengatakan di depan media agar adiknya menyerah.

"Aku meminta dia untuk menyerah. Itulah solusi terbaik," kata Mohamed kepada CNN. "Dan jelas, kalau kamu terlibat dalam teror bom, kamu harus ambil tanggung jawab," ujarnya lagi. Kalimat terakhir ditujukan untuk saudaranya.

Salah Abdeslam adalah warga Prancis tinggal di Belgia. Diketahui ia adalah pemilik kafe di pinggiran Brussel. Kafenya ditutup karena dilaporkan sebagai tempat transaksi obat-obatan.

Sementara itu, Presiden Prancis Francois Hollande mengatakan negaranya dalam keadaan perang.

"Bukan perang melawan peradaban sipil, namun perang terhadap teroris, dan teroris tidak mewakili peradaban manapun," katanya pada Senin lalu.

Ia juga memperpanjang masa negara dalam keadaan bahaya hingga 3 bulan.

Serangan teror pada Jumat 13 November itu adalah serangan paling mematikan dalam sejarah Prancis setelah Perang Dunia II.

Sebanyak 129 orang tewas, di mana 100 berhasil diidentifikasikan. Lebih dari 20 jenazah masih dalam proses indentifikasi.

Sementara dilaporkan lebih dari 400 orang terluka, baik terluka saat kejadian maupun yang trauma atas penyerangan yang mengerikan itu. (Rie/Ein)