Liputan6.com, Prancis - 30 Anggota kesenian Angklung Udjo yang dipimpin Sam Udjo tampil di Paris, Prancis, Rabu 18 November 2015 malam waktu setempat. Aksi mereka dalam rangka memperingati 5 tahun angklung sebagai World Intangible Cultural Heritage UNESCO.
Informasi tersebut disampaikan oleh Dubes atau Wakil Delegasi Tetap RI di UNESCO, Fauzi Soelaiman, yang dikutip dari Antaranews, Kamis (19/11/2015).
Sam Udjo pun menyatakan rasa syukur akhirnya Saung Angklung Udjo dapat berkunjung ke Markas Besar UNESCO.Â
Advertisement
Menurut Sam Udjo, banyak kemudahan yang didapatkan dalam rangka mewujudkan angklung bisa tampil di Markas Besar UNESCO. Di antaranya kemudahan dalam mengurus visa schengen dan paspor bagi pelajar yang belum memiliki KTP.
"Semua berjalan lancar," ujar dia.
Sebelumnya, menjelang tampilnya Angklung Udjo, terjadi aksi teror di Paris. Kondisi ini sempat membuat seluruh anggota Angklung Udjo was-was.
Namun, semua kekhawatiran itu berhasil disingkirkan. Pada Selasa 17 November malam waktu setempat, tim kesenian Angklung Udjo sukses tampil di Gedung Theatre Odeon de lEurope, Paris. Sekitar 800 orang hadir di acara tersebut, meski suasana kota Paris masih tegang.
Salah seorang anggota tim Angklung Udjo, Ahadian Hadikusumah mengatakan, rencana penampilan timnya di Paris sebenarnya sudah sejak 3 tahun lalu. "Akhirnya penantian kami untuk tampil di Kota Paris terwujud."
Menurut Ahadian, beberapa tahun lalu tim kesenian angklung Saung Udjo juga pernah berencana konser di Paris. Namun perkiraan itu gagal. "Padahal kami semua sudah siap untuk berangkat termasuk pakaian seragam untuk tampil," ujar Ahadian.
Angklung for Peace
Menurut Fauzi Sulaeman, izin dan kepastian pagelaran angklung di Paris baru diterima Senin 16 November siang, dan masih dibayangi suasana tak menentu di Kota Mode itu. Apalagi Paris masih menetapkan hari berkabung nasional pascateror Paris itu.
"Kami lega akhirnya misi angklung untuk Perdamaian bisa terlaksana dengan baik," ujar dia.
Ade Kadarisman, staf pengajar Fikom Unpad yang tengah menyelesaikan studi doktoral komunikasi di Paris mengatakan, momentum pagelaran angklung di Paris sangat tepat. Bukan saja sebagai promosi seni budaya Indonesia, tetapi sekaligus menjadi pesan perdamaian untuk dunia.
"Angklung for Peace, kita dapat menampilkan harmoni damai di tengah situasi dunia saat ini," ujar mantan Wakil Muda Indonesia untuk UNESCO Youth Forum 2005 ini.
Sementara itu, Ketua Indonesia Diaspora Network (IDN) Prancis, Yetty Aritonang, menjelaskan kekagumannya terhadap pertunjukkan angklung tersebut.
"Saya melihat orang-orang yang hadir dari puluhan negara sangat antusias menyaksikan pagelaran, meski di luar suasana Paris masih belum tenang," papar Ade.
Ade menjelaskan, ia dan teman-temannya sempat khawatir juga untuk datang ke acara. Namun akhirnya tetap hadir setelah mengetahui imbauan dari Pemerintah Prancis, yang menenangkan para WNI untuk melihat nama Indonesia berkumandang di jantung kota budaya Paris. (Tnt/Sun)