Sukses

3 Aksi Heroik Pramugari Saat Mengudara

Peran pramugari dalam proses evakuasi pun penting. Karena mereka lah yang mengerti persis bagaimana medan di dalam pesawat.

Liputan6.com, Jakarta - Melakukan banyak tugas ketika dalam penerbangan, itulah gambaran pekerjaan seorang pramugari. Bukan hanya melayani kebutuhan para penumpang, seperti makanan, minuman, selimut, bersih-bersih, jadi petugas keamanan, porter, bartender, pengasuh, pembantu dan masih banyak lagi, pramugari juga membantu proses persalinan penumpang.

Para pramugari biasanya sudah dibekali pengetahuan untuk membantu proses persalinan saat sama sekali tak bantuan.

Peran pramugari dalam proses evakuasi pun penting. Karena mereka lah yang mengerti persis bagaimana medan di dalam pesawat.

Berikut aksi heroik para pramugari dunia yang terekspos publik:

2 dari 4 halaman

1. Mengasuh Anak

1. Mengasuh Anak

Membawa anak dalam perjalanan menggunakan pesawat kini bukan lagi menjadi masalah, karena ada penerbangan yang sudah memiliki layanan tersebut. Salah satunya adalah Etihad Airways.

Nama pelayanan itu adalah 'Flying Nanny'. Nantinya nanny yang dilatih ini yang bertugas menghibur anak-anak hingga membuatnya tidur.

Nanny yang bertugas nanti juga tidak sembarangan, karena dilatih khusus oleh pengajar profesional dari sekolah tinggi keperawatan di Norland, Inggris.

Laman New York Daily News edisi 9 September 2013 menulis, nanny terlatih itu akan dilengkapi dengan berbagai jenis permainan yang akan membuat anak tenang saat di pesawat sehingga tidak mengganggu penumpang lain. Snack khusus dan perlengkapan yang membuat anak nyaman hingga tertidur juga disiapkan.

Adanya pelayanan ini, membuat sejumlah penerbangan seperti Acoot dan Air Asia juga meluncurkan kabin khusus anak.

3 dari 4 halaman

2. Membantu Persalinan

2. Membantu Persalinan

Proses persalinan umumnya dilakukan di instansi medis seperti rumah sakit atau klinik bersalin. Namun tak demikian dengan persalinan yang dialami oleh seorang penumpang maskapai Merpati Nusantara Airlines, Harmani.

Dalam penerbangan dari Timika menuju Makassar pada Minggu, 6 Januari 2013, wanita yang usia kehamilannya telah memasuki 7 bulan itu melahirkan sekitar pukul 19.00 WIT dibantu oleh kru pesawat yang bertugas. Yakni 2 orang pramugari, 2 orang teknisi dan seorang calon perawat.

"Saat saya melakukan pengecekan penumpang sekitar 20 menit setelah safety-level, saya mendatangi kursi 24A dan penumpangnya (ibu hamil) mengaku perutnya mulas," ungkap sang pramugari, Sherly Juwita, saat dihubungi Liputan6.com.

"Aduh, perut saya mulas. Saya mau melahirkan," kata Harmani dituturkan Sherly.

Ia mengaku, tim yang membantu persalinan Harmani sudah terlatih karena telah mendapatkan pelatihan Aviation Medicine dari pihak Merpati Airlines.

"Untungnya kami cekatan, masing-masing sudah tahu harus apa. Kalau yang satu pegang si ibu, yang satunya siapkan air panas, yang satunya siapin medical kit," ujar Sherly bersemangat.

Tak memakan waktu lama, sambung Sherly, bayi cantik pun meluncur keluar dari rahim sang ibu.

4 dari 4 halaman

3. Evakuasi Penumpang

3. Evakuasi Penumpang

Sabtu pagi 13 April 2013, Erny Altriana sudah siap-siap bekerja sejak subuh. Pramugari pesawat Lion Air itu mengaku tak punya firasat pesawat yang diawakinya itu akan celaka.

Erny memulai kerjanya dari Bandara Palu, Sulawesi Tengah. Rencananya, ia akan melakukan empat kali landing, Palu-Balikpapan, Balikpapan-Banjarmasin, Banjarmasin-Bandung, dan Bandung-Bali. Menuju Pulau Dewata, itulah akhir dari perjalanannya di hari Sabtu tersebut.

Terbang bersama pesawat Lion JT 904 pabrikan Boeing, 3 kali pendaratan tidak ada kejadian janggal, semua biasa saja. Namun, pada pendaratan keempat, menuju Bali, pesawat yang diterbangkan oleh Pilot M Ghazali dan membawa 101 penumpang itu mengalami musibah sehingga mendarat di Laut Bali, bukan di runway sebagaimana mestinya. Tidak hanya itu, bagian sayap belakang pesawat pun terbelah. Beruntung, semua penumpang dan kru selamat.

"Saya bertugas di cabin 2, pintu bagian belakang sebelah kiri. Tidak ada firasat kalau akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, karena semua penerbangan sebelumnya normal semua dan tidak ada tanda-tanda kerusakan," ujar Erny saat diwawancarai Liputan6.com, di Kantor Lion Air, Jalan Gajahmada, Jakarta Pusat.

Firasat buruk tidak dirasakan Erny dan teman-temannya karena mereka tahu pesawat yang mereka naiki itu pesawat baru yang didatangkan dua bulan lalu. Erny pun menceritakan detik-detik sebelum terjadinya musibah tersebut. "Kita berangkat dari Bandung itu, pas saya lihat jam sekitar jam 13.00 WIB. Selama di perjalanan semua biasa saja, mendekati pukul 15.35 WITA, kita mau mendarat," katanya.

"Saat mendarat semua jendela dari pesawat kita pastikan terbuka. Masih tidak ada perasaan atau firasat akan terjadi sesuatu. Lalu, landing seperti biasa, tapi memang agak kasar, hard landing," ucap Erny.

Setelah mendarat, Erny merasakan ada genangan air membasahi kakinya. Barulah dia sadar akibat kakinya basah, kalau pesawat tidak mendarat sebagaimana mestinya. "Saya langsung cek di luar, ternyata laut," imbuhnya dengan raut wajah yang terlihat tegang.

Pasca kejadian, Erny mengaku langsung menenangkan para penumpang yang panik. "Saya mencoba menenangkan. Cabin One juga menyuruh para penumpang mengambil baju pelampung," kenangnya.

"Itu sungguh-sungguh musibah," ungkapnya dengan mata nanar. (Tnt/Mut)