Sukses

Terorisme jadi Sorotan Pemimpin Dunia di KTT ASEAN

Di samping terorisme, hal lain yang mengemuka dalam KTT ASEAN kali ini adalah peresmian simbolis Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Masalah terorisme dan peresmian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi 2 hal utama yang bakal menjadi sorotan dalam pertemuan puncak Konferensi Tingkat Tinggi di Kuala Lumpur, Malaysia pada Sabtu dan Minggu (21-22 November 2015).

Dalam pidato sambutannya, Perdana Menteri Najib Razak mengecam ISIS sebagai kelompok teroris ‘jahat’ dan menekankan bahwa Malaysia siap bergabung dalam perlawanan menentangnya.

"Malaysia siap menyediakan bantuan dan sokongan apa pun yang kami mampu, sekaligus memastikan bahwa kami berdiri bersama Anda melawan kejahatan baru yang menghujat nama Islam," ujar Najib seperti dikutip dari BBC, Sabtu (21/11/2015).

Kendati begitu, Najib menambahkan, pendekatan militer bukanlah satu-satunya cara untuk melawan ISIS.

"Yang perlu ditumpas ialah ideologi ISIS. Inilah cara Gandhi, Nelson Mandela, dan Martin Luther King memenangkan hati dan pikiran musuh-musuh mereka. Mereka memenangkannya dengan mengubah musuh menjadi teman," ujar dia, seperti dilaporkan kantor berita Reuters.

Perkataan Najib disambut Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang turut hadir dalam KTT ASEAN.

“Malaysia ialah bagian koalisi perlawanan (ISIS) dan dapat luar biasa membantu dalam hal-hal seperti melawan narasi merusak dan sesat yang kini berkembang," ucap Obama.

Masyarakat Ekonomi ASEAN

Di samping terorisme, hal lain yang mengemuka dalam KTT ASEAN kali ini adalah peresmian simbolis Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada Minggu 22 November.

MEA berawal dari sebuah konsep pada 2002 untuk membentuk sebuah pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara pada akhir 2015. Ini dilakukan agar daya saing ASEAN meningkat serta bisa menyaingi China dan India untuk menarik investasi asing.

Melalui MEA, tarif perdagangan sesama negara anggota berkurang menjadi nol atau nyaris nol sehingga harga barang dan jasa menurun.

Najib Razak mengatakan, MEA juga membantu menurunkan angka pengangguran hingga 3,3%. Kemudian, para warga negara anggota ASEAN bisa bepergian ke sembilan dari 10 negara ASEAN tanpa visa.

Terakhir, warga negara anggota ASEAN bisa bekerja di negara manapun di Asia Tenggara tanpa dikekang aturan mengenai tenaga kerja asing. Sektor pekerjaan yang masuk kategori ‘pembebasan’ itu ada 8, termasuk pariwisata.

Halangan

Walau MEA akan menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang terbuka, Najib mengakui ada sejumlah sektor yang belum bisa terbuka sepenuhnya, seperti pertanian, baja, dan otomotif.

Ada pula halangan lainnya yang mencakup korupsi, ketidakseimbangan infrastruktur, serta kesenjangan biaya transportasi dan pengapalan. Kesenjangan itu tampak ketika negara-negara kaya dan menengah di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Indonesia, Singapura, Brunei, Thailand, dan Filipina, diperhadapkan dengan empat negara lainnya, yakni Vietnam, Laos, Kamboja, dan Myanmar.

Profesor hubungan internasional di S. Rajaratnam School of International Studies, Singapura, Tan See Seng membenarkan bahwa niat MEA ialah menciptakan nol tarif di perbatasan negara-negara anggota ASEAN.

"Namun, begitu Anda masuk… Anda mungkin harus melicinkan telapak tangan sejumlah orang di beberapa negara ASEAN tertentu untuk bisa lanjut. Halangan 'di balik perbatasan' inilah adalah hambatan kunci yang memperlamban proses integrasi," ujar Tan See Seng. (Tnt/Ron)