Liputan6.com, Yangoon - Bencana tanah longsor terjadi di dekat pertambangan batu giok di utara Myanmar pada Sabtu sore, 21 November 2015. Insiden itu menawaskan 70 orang dan 100 orang dilaporkan hilang. Kebanyakan korban adalah penduduk desa sekitar serta penambang liar. Hal itu dilaporkan oleh pemimpin komunitas dan otoritas pertambangan.
"Ini luar biasa buruk dan parah," kata Brang Seng, salah satu pemilik tambang giok. Ia menceritakan banyaknya jenazah terkubur di reruntuhan rumah, seperti dilansir ABCNews, Minggu (22/11/2015).
Baca Juga
Menurut kepala desa setempat, Lamai Gum, 100 orang hilang. Ia juga mengatakan bahwa otoritas telah menemukan 60 hingga 70 jenazah.
Advertisement
Myanmar baru saja menyelenggarakan pemilu demokratisnya setelah 25 tahun berada di bawah rezim militer. Namun, Kota Hpakant, pusat pertambangan giok terbesar, sekaligus lokasi bencana adalah kota yang miskin, jalanan yang tak beraspal dan sering sekali mati lampu.
Baca Juga
Kota itu berbatasan dengan China. Ditengarai menghasilkan batu giok mutu tinggi dan miliaran dolar per tahunnya. Kendati demikian, uang itu mengalir ke kocek-kocek pengusaha yang juga militer negara itu.
Penambang ilegal giok banyak melakukan penggalian demi mendapat sebongkah batu. Terkadang mereka tewas karena lokasi penggalian tidak aman.
"Perusahaan-perusahaan besar, kebanyakan dimiliki oleh mantan jenderal, perusahan angkatan darat, kroni, dan bos obat-obatan. Mereka mendapatkan miliaran dolar dari penambangan di Hpakant," kata Mike Davis dari Global Witnes, sebuah grup yang menginvestigasi kasus itu.
Ia juga menambahkan, ratusan orang termasuk penambang terkubur hidup-hidup akibat tanah longsor. (Rie/Sun)