Sukses

Geger Penemuan 'Rompi Bunuh Diri' di Stasiun Kereta Paris

Mungkinkah benda yang ditemukan di antara sampah itu ada hubungan dengan teror Paris pada 13 November yang menewaskan 130 orang?

Liputan6.com, Paris - Stasiun kereta bawah tanah di Montrouge, daerah pinggiran Paris mendadak lebih ramai dari biasanya pada Senin 23 November 2015 waktu setempat. Pasukan keamanan menutup jalan-jalan di sekitarnya, penjinak bom pun berdatangan setelah peneliti menemukan benda yang diduga kuat rompi bunuh diri yang berisi bahan peledak di dalam tong sampah.

"Pihak berwenang sedang berusaha menganalisis apakah benda yang ditemukan di Montrouge, pinggiran Paris mengandung bahan peledak atau tidak," kata polisi Paris polisi kepada CNN yang dikutip Selasa (24/11/2015).

Afiliasi CNN, BFMTV melaporkan bahwa benda itu memang menyerupai rompi bunuh diri. Terdapat baut dan TATP -- bahan peledak yang sama ditemukan di sabuk bunuh diri yang digunakan oleh penyerang di Paris.

Mungkinkah benda yang ditemukan di antara sampah itu ada hubungan dengan teror Paris pada 13 November yang menewaskan 130 orang?

Sejauh ini pihak berwenang belum menjelaskan lebih rinci terkait hal itu. Namun BFMTV dan surat kabar Prancis Le Monde melaporkan pada Senin malam bahwa terlacak sinyal dari ponsel Salah Abdeslam -- yang kakaknya tewas dalam serangan -- di daerah itu pada malam serangan terjadi.

"Tanda tanya besar muncul: apakah ini rompi bunuh diri yang harusnya digunakan Saleh Abdeslam?" tanya analis terorisme CNN, Paul Cruickshank.

"Jika itu rompi milik Abdeslam, mengapa baru ditemukan 10 hari setelah serangan? Dan jika itu tidak, maka miliki siapa?" ia menambahkan. 

"Ada kemungkinan bahwa orang lain mungkin telah membuangnya, penyerang yang kita tidak ketahui. Jadi mereka akan melakukan segala macam forensik, mencoba untuk menetapkan siapa pemiliknya, dan menjadi prioritas besar bagi peneliti Prancis," ungkap Cruickshank.

Usai teror Paris, seperti dilansir dari BBC, pemerintah Prancis sejauh ini meningkatkan keamanan di sekolah-sekolah. Selain itu, pemerintah juga memberlakukan serangkaian langkah termasuk latihan wajib keamanan dan melarang parkir di luar lingkungan sekolah.

Pada Senin 23 November kemarin, Prancis juga telah melakukan serangan pertama terhadap ISIS dari kapal induk Charles de Gaulle yang baru dikerahkan di Mediterania timur. Kementerian Pertahanan setempat menyebut, jet Prancis mengebom target militan itu di Irak dan Suriah, termasuk Raqqa. (Tnt/Rie)*