Sukses

'Teori Konspirasi' Teror 9/11 Capres AS Donald Trump Digugat

Donald Trump menyebut, ribuan orang Arab bersorak saat Gedung WTC ambrol dalam serangan 9/11. Faktanya?

Liputan6.com, New Jersey - Hari masih pagi, 11 September 2001, saat ribuan warga New York ternganga tak percaya kala melihat Menara Kembar World Trade Centre (WTC) diselubungi kepulan debu, lalu runtuh di depan mata mereka.

Pada pukul 08.46, American Airlines Flight 11 yang kemudinya direbut oleh teroris Al Qaeda, Mohamed Atta menabrak menara utara Gedung World Trade Center (WTC) di New York.

Beberapa menit kemudian, saat jarum jam menunjuk ke pukul 09.03-- 5  pembajak lainnya menabrakkan United Airlines Penerbangan 175 ke Menara Selatan.

Tak jauh dari area Manhattan -- tempat WTC berdiri -- di New Jersey, konon sejumlah warga muslim Amerika Serikat bersorak, merayakan peristiwa dua pesawat menabrak menara utara dan selatan WTC, yang dianggap sejumlah orang sebagai reprentasi AS dan kapitalisme .

Setidaknya, itu isu yang pernah beredar di tengah tragedi 9/11.

Kepulan debu berbahaya teror WTC 9/11 (Reuters)


Belakangan, teori konspirasi itu kembali dibangkitkan oleh kandidat calon Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Ia ngotot melihat bahwa 'ribuan orang' yang ia dekripsikan sebagai 'Arab' bersorak merayakan serangan tersebut, di televisi.

"Aku melihat kejadian ketika World Trade Center runtuh," kata Trump, yang mengaku punya daya ingat hebat.

 

Donald Trump menunjukkan salinan jumlah kekayaannya saat mengumumkan pencalonan dirinya. (BBC)



"Dan aku melihat (di televisi), di Jersey City, New Jersey, ribuan orang berteriak gembira saat WTC runtuh. Ribuan orang yang bersorak," kata Trump, seperti dikutip dari News.com.au, Kamis (26/11/2015).

"Itu benar-benar terjadi. Ada di televisi. Aku melihatnya. Ada orang-orang yang bersorak sorai di sisi New Jersey, di mana ada populasi Arab di sana. Mereka berteriak senang saat WTC runtuh."

"Saya tahu, mungkin bagi Anda, tak benar secara politis untuk mengatakan hal itu. Tapi memang ada orang-orang yang berteriak saat gedung hancur. Dan itu, memberi gambaran tertentu pada Anda."

2 dari 2 halaman

Fakta atau Mitos?

Benarkah apa yang dikatakan Trump?

Masalahnya, Trump tak ada di New Jersey saat itu. Ia ada di apartemennya di Manhattan. Dan meski ia bersikukuh melihatnya di TV, tak ada bukti yang mendasari.

Memang, bukan rahasia sejumlah orang di Timur Tengah bersorak atas serangan itu -- rekamannya disiarkan di layar televisi di seluruh dunia. Namun, di New Jersey sama sekali tak ada bukti hal itu terjadi.

"Itu menjadi seperti mitos selama 14 tahun," kata Ryan Jacobs, juru bicara balai kota kepada The Guardian.

"Sudah dicari tahu, juga sudah terbantahkan, tak ada bukti sama sekali. Tak ada orang yang bersorak di New Jersey pada pada 9/11."

Trump juga mengutip artikel Washington Post pada 2001, yang menyebut, "sejumlah orang diduga merayakan serangan tersebut, menggelar pesta di atap," demikian laporan tersebut.

Ia tak menyertakan pemberitaan Associated Press pada 17 September 2001 menyebut, kabar itu tak berdasar dan hanya sekedar rumor.

Namun, memang benar bahwa setidaknya 2 pembajak yang berniat menabrakkan American Airlines Penerbangan 77 ke Pentagon menyewa apartemen di Paterson, New Jersey, demikian menurut laporan Komisi 9/11.

Paterson dianggap menjadi tempat tinggal komunitas muslim terbesar di AS.

Meski demikian, The New York Times, mengabarkan, penduduk di sana memasang spanduk di jalanan utama kota. Isinya: "The Muslim Community Does Not Support Terrorism". Warga muslim menolak terorisme.

Kepala Polisi Jerry Spezaile kepada Washington Post juga membantah warganya bersorak atas tragedi yang menimpa di WTC. "Itu tak pernah terjadi. Tak ada bendera yang dibakar, tidak ada yang menari gembira."

Walikota Jersey City,  Steven Fulop bahkan menyebut apa yang dikatakan Trump salah kaprah.

Menurut dia, kandidat capres AS itu telah mempermalukan diri sendiri, dengan mempolitisir isu yang menyinggung hati warganya.

"Tak ada satupun di Jersey City yang bersorak saat serangan 11 September terjadi. Kami justru menjadi salah satu yang pertama mengirimkan bantuan ke Lower Manhattan,"kata dia.

"Trump harus tahu bahwa Jersey City tak akan menjadi bagian dari kampanye kebencian yang ia lakukan. Jelas, Trump punya masalah dalam ingatannya, atau secara sengaja mendistorsi kebenaran, hal itu harus menjadi perhatian Partai Republik."

Kepulan debu berbahaya teror WTC 9/11 (Reuters)


Tak hanya Trump, sesama kandidat capres AS Ben Carson juga mengaku menyaksikan orang-orang merayakan 9/11.

Namun, beberapa jam kemudian tim kampanyenya mengeluarkan ralat. Mengatakan Carson memikirkan hal lain saat mengucapkannya.

Komentar bernada tudingan itu dianggap melukai warga New Jersey -- yang faktanya pertama-tama merespons permintaan tolong New York pada hari ketika musibah terjadi: menyediakan layanan darurat, mendirikan pusat komando, dan menampung warga yang mengungsi selama masa pembersihan puing yang makan waktu berbulan-bulan.

Senator negara bagian New Jersey, Sandra Cunningham juga membantah klaim Trump. Suaminya, Glenn adalah walikota Jersey City saat 9/11 terjadi.

"Bahkan sesaat setelah serangan terjadi, warga di Jersey City menawarkan rumahnya untuk bermalam. Mereka ada di garda depan, menyediakan air dan makanan bagi orang-orang yang datang dari New York," kata dia.

Rumah sakit di kota, tambah dia, juga merawat orang-orang dari New York. "Menurut saya, itu adalah momentum yang membanggakan, di mana semua orang menawarkan bantuan bagi mereka yang jadi korban."

"Saya tak bisa mengatakan dia telah berbohong," kata Deryn Strange, psikolog di John Jay College of Criminal Justice, New York soal pernyataan Trump. "Namun, berdasarkan risetku dan para kolega, mendukung interpretasi ini: bahwa itu adalah memori palsu."  (Ein/Rcy)