Sukses

Pemberontak Serahkan Jenazah Pilot Rusia ke Otoritas Turki

Penyerahan jenazah terjadi pada Minggu pagi, 29 November, diikuti dengan prosesi ortodoks sebelum diserahkan pada Rusia nanti.

Liputan6.com, Ankara - Jenazah pilot jet militer Rusia Su-24 yang ditembak oleh militer Turki kini telah diserahterimakan oleh pemberontak ke Ankara. Hal itu diungkapkan oleh Perdana Menteri Turki Ahmet Dovutoglu.

Jenazah tersebut kini telah berada di otoritas Turki. Atas permintaan Rusia, rencananya akan diberi ritual ortodoks sebelum diserahkan ke keluarga dan Moskow. Adapun proses penyerahan antara pemberontak ke pemerintah Turki terjadi pada Minggu pagi, 29 November. Kendati demikian, Dovutoglu enggan memberikan rincian di tangan siapa jenazah itu sebelumnya disimpan.

Dua negara itu kini berada di situasi yang kurang menyenangkan sejak insiden penembakan pesawat Rusia pada 24 November lalu. Rusia berkukuh bahwa pilotnya tak melanggar wilayah udara Turki. Demikian pula sebaliknya, Ankara bersikeras Moskow telah diberi peringatan karena melanggar.

Rusia juga mengatakan operasi militernya adalah untuk menyerang markas ISIS. Namun Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan di wilyah itu hanya ada 'Turkmen'-- yang masih saudara Turki. Sementara, diketahui Turkmen adalah salah satu pemberontak Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang didukung Rusia.

Setelah perang pernyataan di media, sikap Turki melunak pada Sabtu, 28 November 2015. Erdogan mengatakan bahwa pemerintahnya sangat sedih atas peristiwa yang terjadi. Ia juga meminta tak ingin tensi berlanjut lagi.

"Kami tidak ingin insiden itu terjadi, tapi sayangnya terjadi juga," kata Erdogan, seperti dilansir CNN, Senin (30/11/2015).

"Kami hanya berharap semoga tensi hubungan dengan Rusia tidak makin meninggi dan malah membuat insiden ini semakin sedih," ujarnya lagi.

Presiden Turki ke Rusia: Ayo, Kita Berbicara...

Dalam suatu kesempatan di KTT Perubahan Iklim di Paris, Erdogan mengatakan bahwa Turki menghendaki dialog dengan Rusia.

"Kami bilang ke Rusia, 'ayo kita bicarakan masalah ini, dan kita selesaikan,'" ujar Erdogan. "Jangan sampai orang lain bahagia atas tensi ini dan malah memperburuk hubungan kita," katanya.

Bagaimana pun, pernyataan Erdogan itu dilontarkan setelah Moskow menuntut permintaan maaf. 

Namun, pernyataan tersebut menurut Presiden Rusia Vladimir Putin menuding Turki telah membawa hubungan kedua negara ke jalan buntu karena tak satu pun kata 'maaf' terlontar. Kembali Putin menyebut insiden itu 'menikam punggung' dan mengatakan Turki berhubungan dengan teroris.

Pada Sabtu, 28 November, Putin menandatangani sanksi ekonomi bagi Turki. Sanksi tersebut antara lain menghentikan bebas visa bagi kedua negara, memerintahkan biro tur Rusia untuk menghentikan layanan wisata ke Turki, melarang transportasi sewaaan antar kedua negara.

Sanksi juga meliputi larangan impor barang-barang dari Turki. Mulai tahun depan, larangan perusahaan Rusia mempekerjakan pekerja Turki dimulai.

Insiden itu membuat banyak pihak mempertanyakan kemampuan para pemimpin negara untuk memusnahkan ISIS yang telah menguasai sebagian besar Suriah serta menyerang Eropa, Asia dan Afrika. (Rie/Tnt)**