Liputan6.com, Bangui - Dalam kunjungannya ke Afrika, Paus Fransiskus mendatangi zona perang. Pemimpin Takhta Suci Vatikan tersebut mendatangi masjid yang dikepung oknum pasukan Nasrani di Bangui, Republik Afrika Tengah atau Central African Republic.
Paus Fransiskus menyampaikan pesan perdamaian dan rekonsiliasi, sebagai bentuk solidaritas antar umat. Dengan pengamanan ketat dari PBB dan Vatikan, Paus bertemu Imam Masjid di jantung area PK5, di mana 15 ribu muslim terkepung milisi.
Baca Juga
Sebelum Perang Saudara meletus pada 2013, populasi muslim di ibukota mencapai 122 ribu. Namun, kebanyakan telah melarikan diri.
Advertisement
"Umat Kristiani dan Muslim adalah saudara dan saudari," kata Paus di depan kerumunan warga di dalam masjid, seperti dikutip dari The Guardian, Senin (30/11/2015).
"Bersama, kita harus mengatakan tidak pada kebencian, pada balas dendam, pada kekerasan, khususnya kekerasan yang dilakukan atas nama agama bahkan Tuhan sekalipun." Paus mengucap kala salam dalam Bahasa Arab.
Paus asal Argentina itu mengatakan, "mengunjungi Republik Afrika Tengah tak akan lengkap jika tidak menyapa komunitas muslimnya."
Baca Juga
Kunjungan 26 jam ke Bangui adalah kunjungan pertama pemimpin Umat Katolik ke zona perang. Republik Afrika Tengah terjebak perang saudara sejak Presiden François Bozizé tersingkir dalam pemberontakan pihak muslim. Ricuh yang sejatinya berlatar politik di sana dianggap sebagai konflik sektarian antara mayoritas Kristen dan minoritas muslim.
Akibatnya sungguh menyedihkan. Ribuan manusia tewas, sekitar 1 juta manusia dipaksa jadi pengungsi, sementara properti dan harta benda rusak serta dijarah.
Sejumlah pelanggaran hak asasi manusia yang ada di sana termasuk pembunuhan ekstrayudisial, penghilangan paksa, penyiksaan, kekerasan seksual.
Kunjungan Paus ke Bangui diawasi ketat pejabat keamanan Vatikan. Pria bernama asli Jorge Mario Bergoglio tersebut juga mendapat perlindungan dari tentara perdamaian -- yang jumlahnya 12.000 di Republik Afrika Tengah. Paus ke-266 tersebut menyerukan agar faksi-faksi bertentangan di Republik Afrika Tengah meletakkan senjata.
Dalam misa di Bangui, ia menyebut, alih-alih senjata, semua pihak harus melengkapi dirinya dengan "keadilan, cinta, permaafan, dan perdamaian yang sesungguhnya."
Mantan Uskup Agung Buenos Aires itu meminta generasi muda Republik Afrika Tengah untuk melakukan 'perlawanan'. Bukan pada sesama manusia. Namun penentangan atas perang, kebencian, dan pemisahan."
Kedatangan Paus ke Republik Afrika Tengah menjadi akhir dari tur 6 hari ke Afrika -- termasuk ke Kenya dan Uganda. Menyerukan damai, Paus menegaskan, "Perdamaian bukan sekedar dokumen yang ditandatangani." (Ein/Rie)