Liputan6.com, Ranchi - Tak lama lagi para dokter akan mengetahui mengapa seorang bayi berusia 18 bulan dengan berat badan 24 kg ini tak bisa berhenti makan.
Dilansir dari News.com.au, Kamis (3/12/2015), pada usia 10 bulan Aliya Saleem sudah terlihat seperti anak-anak berusia 6 tahun pada umumnya -- dengan berat badan mencapai 18,6 kg. Makanannya sehari-hari berupa kari dan biskuit, mengakibatkan anak tersebut mengembang seperti balon.
Baca Juga
Advertisement
Ia kini telah menjadi salah satu anak perempuan terberat di dunia dalam usianya -- tanpa bisa merangkak dengan baik karena bobot tubuh berlebih.
Orangtua Aliya, Shabnam Parveen dan Mohammad Saleem dibuat heran terhadap napsu makan putrinya yang tidak pernah merasa terpuaskan.
Setelah melakukan pemeriksaan, para dokter kini telah menemukan sejumlah teori terhadap masalah perkembangan anak tersebut.
Dr Bhavya Kumar meyakini bahwa Aliya mengidap sindrom Prader-Willi -- kebiasaan makan langka dicirikan dengan kesulitan belajar, kelainan dalam perkembangan dan makan berlebihan.
"Mungkin karena ketidakseimbangan hormon, atau masalah dalam sistem pencernaan. Tidak menutup juga kemungkinan penyakit keturunan."
"Mungkin karena tumor. Karena sejarah keluarga mengungkapkan ada yang meninggal dunia dengan ciri-ciri serupa, mengarah kepada penyakit turunan."
Dr Kumar berharap bisa melakukan sejumlah percobaan terhadap Aliya, untuk memeriksa tingkatan hormonal dan perkembangan -- memastikan semua organ berfungsi dengan baik.
Guna mengeleminasi penyakit keturunan -- Aliya harus menjalani sejumlah pemeriksaan, diantaranya ultrasound, MRI dan X-Ray dan juga pemeriksaan terhadap diabetes.
Baru setelah melakukan semua itu, bisa dilakukan diagnosa dan melangkah lebih jauh dari situ," tambahnya.
Baca Juga
Aliya lahir dengan berat badan 4 kg dan mulai meningkat setelah empat bulan.
Shabnam dan Mohammad sulit untuk menerima kondisinya sekarang ini. Putri mereka sebelumnya, Simran meninggal dunia dengan keadaan yang serupa.
Shabnam menceritakan ketika putrinya sedang makan dan tiba-tiba terjatuh karena pendarahan otak.
"Simran juga mengalami masalah dengan berat badan dan makan berlebihan, sama seperti Aliya," ungkapnya.
Shabnam mengatakan, untuk memenuhi napsu makan Aliya -- ia harus memberikan makanan tiga kali lebih banyak dari pada anak-anak seusianya.
Mohammad bekerja sebagai tukang jahit dengan pendapatan sekitar US$ 4 sehari atau Rp 56.000 -- yang sebagian besar untuk memenuhi persediaan makan putrinya.
Shabnam dan Mohammad juga memiliki seorang putra berusia 5 tahun yang normal.
"Kami menghabiskan uang hanya untuk memberi makan Aliya," ungkapnya.
"Jika kami tidak memberikan makan, dia akan menangis dan marah-marah. Napsu makan yang tidak pernah terpuaskan berujung pada kenaikan berat badan -- membuat kami membelikan pakaian baru setiap dua minggu menghabsikan dana keluarga."Â