Sukses

Ditemukan Buah Persik Berusia 2,5 Juta Tahun, Seperti Apa?

Fosil persik tertua di dunia telah ditemukan di barat daya China. Mirip penampakan buah modern.

Liputan6.com, Kunming - Fosil buah persik tertua di dunia ditemukan di barat daya China. Menurut sebuah laporan terbaru, temuan kuno itu diperkirakan berusia lebih dari 2,5 juta tahun -- mendahului kedatangan manusia ke wilayah tersebut.

Meskipun berbentuk rata, biji persik prasejarah ini terlihat mirip seperti penampakan versi modern saat ini -- oval dengan alur-alur yang dalam. Namun para peneliti menyebut ukurannya mungkin lebih kecil dari persik yang dijual di pasaran saat ini. Dengan diameter hanya 2 inci atau sekitar 5 cm.

"Kalau Anda membayangkan persik terkecil yang dijual sekarang, kira-kira seperti itulah ukurannya. Biji ini pasti dulunya berdaging. Pasti lezat sekali," kata Profesor Paleobotani di Pennsylvania State University, Peter Wilf, seperti dikutip dari Live Science, Kamis (3/12/2015).

Pada tahun 2010, Tao Su, seorang profesor muda di Taman Botani Tropis Xishuangbanna di Provinsi Yunna, China -- rekan Wilf -- mengumpulkan 8 fosil persik yang ditemukan semasa pembangunan jalan baru di dekat Terminal Bus Utara di Kunming, ibukota provinsi tersebut.

Fosil buah tersebut ditemukan di lapisan batuan yang berasal dari tahap akhir zaman Pliosen, sebuah periode geologi 5,3 juta hingga 2,6 juta tahun yang lalu.

Biji ini benar-benar mirip biji persik jaman sekarang sehingga Su dan koleganya melakukan serangkaian tes untuk memastikan bahwa biji itu bukan berasal dari masa baru-baru ini, seperti misalnya dibuang oleh pekerja konstruksi sehabis dimakan buahnya.

Dengan memindai fosil-fosil di Penn State, Wilf dan Su menemukan kalau benih di dalam biji tersebut telah tergantikan oleh besi dan dinding biji tersebut telah terkristal ulang -- suatu pertanda usia yang sangat tua.

Para peneliti juga mencoba menentukan usia fosil persik tersebut dengan menghitung jumlah kandungan karbon-14 yang meluruh -- cara umum digunakan untuk menentukan usia bangkai organik. Akan tetapi hasilnya menunjukkan kalau fosil itu berasal dari periode di luar jangkauan penanggalan radiokarbon, yang saat ini sekitar 50.000 tahun.

Persik dianggap berasal dari China, dan sumber-sumber sejarah membuktikan kalau buah itu dibudidayakan di China selama berabad-abad. Persik disebutkan dalam Kitab Songs, atau Shi-Jing, koleksi puisi tertua di Tiongkok, serta karya-karya yang berasal dari abad kesebelas hingga ketujuh sebelum Masehi.

Bukti kegiatan memakan persik juga ditemukan di situs-situs arkeologis seperti pemukiman Neolitik yang ditemukan di desa Hemudu, di provinsi Zhejiang -- tempat ditemukannya biji persik berusia 8.000 tahun pada tahun 1970.

Para peneliti di penelitian terbaru ini menduga, bukti ini menunjukkan bahwa persik berevolusi melalui seleksi alam lalu kemudian melalui budidaya manusia. Seperti yang dipublikasikan secara online pada 26 November di Jurnal Natural Scientific Reports.

Persik mungkin sumber makanan yang menarik bagi primata pemakan buah-buahan, termasuk nenek moyang manusia seperti Homo erectus yang sudah punah dan Homo sapiens yang tiba di China pada zaman Pleistosen. Para peneliti mengungkapkan bahwa pemakan buah persik mula-mula kemungkinan telah membantu secara tak sengaja penyebaran tumbuhan tersebut melalui kotoran mereka.

"Persik ini adalah saksi kolonisasi manusia di China," sebut Wilf. "Persik sudah ada di sana sebelum manusia, kita dan persik saling beradaptasi."

Walaupun para peneliti menganggap bahwa persik jaman prasejarah dapat disamakan dengan spesies persik yang ada sekarang (Prunus persica), mereka telah mengajukan nama spesies baru yaitu Prunus kumingensis, karena mereka tidak bisa merekonstruksi secara utuh tumbuhan tersebut berdasarkan bijinya saja.